Harga Bitcoin (BTC) menunjukkan sinyal positif, dengan potensi pengujian level resistance di sekitar US$94.000 dan peluang untuk melanjutkan kenaikan. Namun, para pelaku pasar perlu berhati-hati dan tidak terlalu optimistis, karena ada satu indikator penting yang perlu diperhatikan.
Kenaikan harga Bitcoin memerlukan aliran modal yang berkelanjutan untuk menjaga likuiditas dan mendorong harga lebih tinggi.
Indikator Stablecoin Jadi Penghalang Target US$100.000?
Prospek harga Bitcoin terlihat cerah. Pola teknikal falling wedge mengindikasikan potensi kenaikan lebih lanjut.
Saat artikel ini ditulis, Bitcoin diperdagangkan di US$93.714. Ada potensi kenaikan hingga 9% dari total 20%. Reversal bullish sudah dimulai setelah Bitcoin berhasil mengubah resistance US$85.000 menjadi support.
Penutupan candlestick harian di atas US$91.575 dapat menjadi sinyal awal kelanjutan reli. Apabila tekanan beli meningkat melewati resistance US$94.000, harga Bitcoin bisa mengincar level US$100.000, bahkan berpotensi hingga US$102.239.
Indikator teknikal seperti Relative Strength Index (RSI) yang terus menanjak dan histogram Awesome Oscillator (AO) yang berwarna hijau mendukung prospek ini.
Meskipun demikian, investor diingatkan untuk tetap waspada terhadap indikator minting stablecoin yang masih tertinggal. Minting stablecoin merujuk pada penerbitan stablecoin baru seperti Tether (USDT) atau USD Coin (USDC), yang sering menjadi sinyal masuknya modal ke pasar kripto.
Absennya arus masuk stablecoin yang signifikan menimbulkan pertanyaan mengenai keberlanjutan tren ini. Reli Bitcoin menuju US$100.000 masih berisiko.
Saat ini, stablecoin mungkin kurang signifikan sebagai indikator utama pergerakan harga Bitcoin. Analis lebih menyoroti faktor lain seperti arus masuk institusional melalui ETF atau aksi beli dari perusahaan.
Namun, jika aksi ambil untung terjadi, penutupan candlestick di bawah garis tengah bullish breaker pada US$86.562 bisa membalikkan tren, dan menyeret Bitcoin kembali ke konsolidasi di bawah US$85.000.