Film animasi berjudul "Merah Putih: One for All" tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet Indonesia. Tak hanya masyarakat umum, sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI pun turut memberikan komentar terhadap karya animasi tersebut.
Sorotan utama dari warganet tertuju pada tampilan visual film animasi ini. Beberapa bahkan mempertanyakan besaran biaya yang dikeluarkan untuk proses pembuatannya.
Anggota DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, menyambut baik hadirnya film animasi bertema nasionalisme ini. Meski demikian, ia berharap kritik dan masukan dari masyarakat dapat dijadikan pelajaran berharga untuk perbaikan di masa mendatang.
"Informasi mengenai film ini memang terbatas. Namun, kontroversi yang muncul lebih disebabkan oleh kualitas visual dan anggaran yang digunakan," ujarnya.
Lalu Hadrian mengapresiasi upaya pembuatan film "Merah Putih: One for All" sebagai bentuk kontribusi kreatif dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan persatuan. Ia menilai bahwa respon publik yang beragam antara apresiasi dan kekecewaan adalah hal yang wajar.
"Masukan dari publik sangat penting sebagai evaluasi untuk mendorong industri kreatif agar terus meningkatkan kualitas karya," tambahnya. Ia juga menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat untuk memajukan konten kreatif, khususnya film animasi Indonesia.
Senada dengan Lalu Hadrian, anggota Komisi VII DPR RI, Ilham Permana, mengakui bahwa proses pembuatan film animasi bukanlah hal yang mudah.
"Dunia animasi membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif, teknologi yang mumpuni, serta biaya yang besar," ungkapnya.
Ilham berharap kritik yang ada dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan kualitas perfilman animasi Indonesia agar mampu bersaing di kancah global. Ia optimis bahwa dengan pendampingan yang tepat, industri animasi Indonesia dapat menghasilkan karya yang diminati di pasar lokal maupun internasional, tanpa kehilangan identitas budaya bangsa.