Awal pekan kedua Agustus 2025, pasar keuangan Indonesia menunjukkan performa yang menggembirakan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus level psikologis 7600, dan nilai tukar rupiah terus melanjutkan tren penguatannya terhadap dolar AS.
IHSG pada penutupan perdagangan Senin (11/8/2025) parkir di posisi 7.605,92, melesat 0,96%. Aktivitas perdagangan juga cukup tinggi dengan nilai transaksi lebih dari Rp15 triliun, melibatkan 25,59 miliar lembar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,93 juta kali. Terdapat 383 saham yang mengalami kenaikan, 227 saham menurun, dan 190 saham lainnya stagnan. Kapitalisasi pasar IHSG tercatat sebesar Rp13,73 triliun. Investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 849,85 miliar.
Sektor utilitas, properti, finansial, dan energi menjadi motor penggerak utama IHSG, masing-masing naik signifikan sebesar 6,85%, 2,07%, 2,05%, dan 1,98%. Saham Barito Renewables Energy (BREN) menjadi kontributor terbesar dengan sumbangan 30,00 indeks poin, setelah naik 10,06% ke level 8.750 per saham. Disusul oleh saham Dian Swastatika Sentosa (DSSA) yang menyumbang 21,47 indeks poin dengan kenaikan 7,12% ke level Rp 84.200.
Saham-saham sektor finansial seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI juga mencatatkan performa positif. BBCA naik 3,01% ke level 8.550, BBRI naik 2,97% ke Rp 3.810 per saham, BMRI naik 1,07% ke Rp 4.720 per saham, dan BBNI naik 3,19% ke Rp 4.200 per saham. Kembalinya investor asing dengan aksi beli bersih turut menjadi katalis positif bagi kenaikan IHSG.
Sejalan dengan itu, rupiah juga menunjukkan tren positif terhadap dolar AS. Pada penutupan perdagangan kemarin, mata uang Garuda berakhir di Rp16.265/US$, menguat 0,12% dalam sehari.
Namun, di pasar obligasi, terdapat koreksi tipis setelah tiga hari berturut-turut mengalami penguatan. Yield obligasi acuan RI tenor 10 tahun naik tipis 0,16 bps menjadi 6,44% pada penutupan kemarin.
Sementara itu, bursa Wall Street mengalami penurunan serentak di tengah antisipasi pelaku pasar terhadap rilis data inflasi AS yang akan menjadi penentu kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) pada bulan September.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,45% menjadi 43.975,09, indeks S&P 500 melemah 0,25% menjadi 6.373,45, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,3% dan ditutup di level 21.385,40.
Data inflasi AS periode Juli 2025 menjadi fokus utama pelaku pasar. Konsensus pasar memperkirakan inflasi Juli akan naik 0,2% secara bulanan dan 2,8% secara tahunan. Inflasi inti diperkirakan naik 0,3% secara bulanan dan 3,1% secara tahunan.
Selain inflasi AS, pasar juga menantikan kelanjutan kebijakan gencatan tarif impor AS-China. Sementara dari dalam negeri, data penjualan ritel periode Juni 2025 menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Namun, arus modal asing tercatat kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia.
Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2025 tumbuh 1,3% secara tahunan, melambat dibandingkan Mei yang naik 1,9%. Pada periode 4-7 Agustus 2025, investor nonresiden membukukan beli bersih Rp9,24 triliun.