Ketegangan kembali membara di Semenanjung Korea. Korea Utara (Korut) menyampaikan peringatan keras bahwa mereka siap melancarkan "tindakan balasan tegas" jika latihan militer gabungan antara Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) tetap dilaksanakan.
Ancaman ini dilontarkan seiring persiapan Seoul dan Washington untuk menggelar latihan tahunan Ulchi Freedom Shield yang dijadwalkan berlangsung dari 18 hingga 28 Agustus. Latihan ini bertujuan untuk memperkuat pertahanan terhadap Korut yang memiliki kemampuan nuklir. Pyongyang sendiri selalu mengecam latihan tersebut sebagai simulasi invasi.
"Angkatan bersenjata Korut akan merespons latihan perang AS dan Korsel dengan postur tindakan balasan yang komprehensif dan tegas… sebagai hak untuk membela diri," demikian pernyataan tegas dari pejabat pertahanan Korut.
Saat ini, AS menempatkan sekitar 28.500 personel militer di Korsel. Kedua negara sekutu ini secara rutin mengadakan latihan gabungan yang mereka klaim bersifat defensif.
Peringatan ini muncul di tengah upaya pencairan hubungan yang sempat terjadi antara Seoul dan Pyongyang. Sebelumnya, kedua pihak telah menyingkirkan pengeras suara propaganda di sepanjang perbatasan. Militer Seoul bahkan telah memulai pembongkaran pengeras suara mereka, menyusul langkah serupa dari pemerintahan baru Seoul.
Pada bulan Juni, militer Seoul mengumumkan penghentian siaran propaganda di zona demiliterisasi, setelah terpilihnya Presiden Lee Jae Myung, yang berupaya meredakan ketegangan dengan Pyongyang. Hubungan antara kedua Korea sempat memburuk di bawah kepemimpinan mantan presiden Yoon Suk Yeol, dengan Seoul mengambil garis keras terhadap Pyongyang yang semakin dekat dengan Moskow setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Presiden Lee Jae Myung mengambil pendekatan yang berbeda dalam menangani Korut sejak terpilih pada bulan Juni, termasuk meminta kelompok sipil untuk menghentikan pengiriman selebaran propaganda melalui balon ke wilayah Korut.
Perang Korea (1950-1953) berakhir tanpa perjanjian damai formal, meninggalkan kedua negara secara teknis masih dalam keadaan perang.