Marissya Icha memberikan penjelasan mengenai keputusannya untuk sementara waktu menitipkan putrinya, Aurel, di sebuah yayasan yatim piatu dan dhuafa. Langkah ini diambil bukan karena Aurel memiliki perilaku yang sulit diatur, melainkan sebagai upaya pendidikan agar sang anak lebih bersyukur atas kehidupannya.
Sebagai seorang ibu, Marissya menyadari bahwa Aurel kini beranjak remaja dan semakin banyak berinteraksi dengan lingkungan luar. Ia ingin putrinya memiliki pengalaman yang berbeda dan melihat langsung realita kehidupan anak-anak yang kurang beruntung.
"Ini bukan berarti anakku nakal. Justru aku ingin dia lebih bersyukur karena banyak yang tidak punya orang tua," ujarnya.
Marissya menegaskan bahwa keputusannya ini bukan bentuk penelantaran anak, melainkan sebuah metode edukasi yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa syukur dan menghargai kehidupan. Ia memilih yayasan yang sederhana namun layak, dengan harapan Aurel dapat merasakan hidup apa adanya.
Awalnya, Marissya berencana menitipkan Aurel selama 2-3 minggu. Namun, karena mendapat penolakan dari keluarga, terutama sang nenek, Aurel hanya berada di yayasan selama lima hari.
"Neneknya marah besar begitu tahu. Karena mama sudah tidak setuju, ya sudah, langsung dijemput," ungkapnya.
Marissya berharap pengalaman singkat ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi Aurel dalam menjalani masa remajanya. Ia juga mengungkapkan bahwa Aurel adalah anak yang menerima jika diberi hukuman, misalnya dalam hal kedisiplinan sholat.
"Dia menerima kalau dikasih hukuman. Contohnya soal sholat yang belum tepat waktu," pungkasnya.