Jakarta – Gelombang seruan boikot terhadap produk-produk Amerika Serikat semakin santer terdengar di India. Hal ini dipicu oleh keputusan Presiden AS, Donald Trump, yang memberlakukan tarif impor tinggi sebesar 50% terhadap barang-barang dari New Delhi.
Aksi boikot ini menyasar sejumlah merek populer AS, termasuk McDonald’s, Coca Cola, Starbucks, dan Apple. Merek-merek ini sangat digemari di India, terutama oleh kalangan konsumen kelas atas yang menganggapnya sebagai simbol peningkatan kualitas hidup.
Meskipun belum terlihat dampak signifikan pada penjualan, kampanye boikot ini semakin gencar disuarakan, baik di media sosial maupun di dunia nyata. Masyarakat India saling mengajak untuk beralih ke produk-produk lokal.
"Kita rela antre panjang demi produk dari negara yang jauh. Kita bangga membelanjakan uang untuk merek asing, sementara produsen dalam negeri kesulitan mendapatkan perhatian di negara sendiri," ujar Manish Chowdhary, salah seorang pengusaha lokal.
Seruan serupa juga digaungkan oleh Rahm Shastry, seorang CEO perusahaan teknologi. Ia menekankan pentingnya bagi India untuk mengembangkan produk-produk teknologi dalam negeri, mencontoh keberhasilan China dalam menciptakan platform media sosial dan teknologi sendiri.
Gelombang boikot ini mencerminkan sentimen nasionalisme yang meningkat di India, serta keinginan untuk mendukung industri lokal di tengah ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat.