Kasus leptospirosis di Kota Yogyakarta mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa minggu terakhir, sebuah fenomena yang tidak lazim mengingat musim hujan telah usai. Meskipun demikian, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).
Pakar epidemiologi dari UGM menyoroti bahwa lonjakan kasus leptospirosis umumnya terjadi saat musim hujan atau setelah banjir. Namun, tahun ini, tren tersebut justru muncul di musim kemarau, mengindikasikan adanya perubahan pola penularan penyakit ini.
Diduga, lonjakan kasus leptospirosis ini berkaitan erat dengan masalah penanganan sampah yang belum optimal di Kota Yogyakarta. Upaya pengelolaan sampah telah dilakukan, tetapi hasilnya masih perlu ditingkatkan karena penyebab leptospirosis tidak hanya dipicu oleh curah hujan, melainkan juga oleh kondisi lingkungan.
Penumpukan sampah di berbagai lokasi di kota menjadi sumber makanan dan tempat berkembang biak tikus, hewan pembawa bakteri Leptospira. Perubahan pola ini menyebabkan risiko leptospirosis tidak lagi hanya bergantung pada banjir atau genangan air.
Leptospirosis adalah penyakit yang ditularkan melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi urin tikus. Bakteri dapat masuk melalui luka pada kulit, bahkan luka kecil yang tidak terlihat. Gejala leptospirosis seringkali mirip dengan penyakit lain seperti demam berdarah atau chikungunya, sehingga diagnosis seringkali terlambat.
Masyarakat diimbau untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika demam tidak turun dalam 1–2 hari, terutama jika memiliki riwayat aktivitas di lingkungan berisiko.
Faktor lingkungan dan perilaku masyarakat memainkan peran penting dalam penyebaran leptospirosis. Tikus membawa bakteri Leptospira dan dapat menyebarkannya melalui urin, bahkan tanpa genangan air. Luka terbuka pada kaki saat beraktivitas di luar ruangan dapat menjadi pintu masuk infeksi.
Pengendalian leptospirosis membutuhkan kerja sama lintas sektor, termasuk Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pasar, Dinas PUPR, serta partisipasi aktif masyarakat.
Sebagai langkah pencegahan, warga dianjurkan untuk menjaga kebersihan lingkungan, mengelola sampah rumah tangga dengan baik, menutup makanan dan air minum agar tidak terkontaminasi, serta menggunakan alas kaki saat beraktivitas di luar ruangan, terutama di area lembab.