Dunia politik Kolombia berduka. Calon presiden Miguel Uribe menghembuskan napas terakhir pada Senin (11/8), dua bulan setelah menjadi korban penembakan brutal saat menjalankan kampanye pemilihan umum.
Uribe dimakamkan dengan upacara kenegaraan di Kongres, Bogota. Masyarakat dapat memberikan penghormatan terakhir hingga hari Rabu.
Maria Claudia Tarazona, istri Uribe, dengan pilu mengutuk aksi keji pelaku penembakan. Ia menyatakan bahwa menghancurkan keluarga adalah bentuk kekerasan yang paling mengerikan. Tarazona juga menyampaikan rasa terima kasih kepada tim medis yang telah merawat Uribe serta seluruh pihak yang memberikan dukungan selama masa sulit ini.
Sebelum meninggal, kondisi Uribe dilaporkan memburuk akibat pendarahan otak baru. Pria berusia 39 tahun itu ditembak di kepala saat berkampanye di Bogota pada 7 Juni lalu. Pelaku penembakan diketahui adalah seorang pembunuh bayaran berusia 15 tahun.
Aparat kepolisian berhasil menangkap Jose Arteaga Hernandez alias El Costenon, yang diduga sebagai dalang di balik serangan tersebut. Polisi juga mengindikasikan keterlibatan kelompok gerilya FARC yang telah bubar.
Uribe mendeklarasikan pencalonannya sebagai presiden pada Oktober 2024. Sebelumnya, ia menjabat sebagai anggota Dewan Bogota dan menjadi sosok penting di pemerintahan wali kota.
Penyerangan terhadap Uribe membangkitkan trauma masa lalu Kolombia yang penuh dengan kekerasan. Ibunya sendiri tewas dalam operasi pembebasan dari kartel kokain Medellin yang dipimpin Pablo Escobar.
Serangan terhadap Uribe bukanlah yang pertama terjadi. Empat kandidat presiden lainnya juga menjadi korban pembunuhan selama periode kekerasan terburuk pada era 1980-an dan 1990-an di Bogota.