Kolombia berduka. Senator Miguel Uribe, seorang tokoh muda yang digadang-gadang sebagai pemimpin masa depan, menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Rabu, 13 Agustus 2025. Kematiannya menjadi pukulan telak bagi dunia politik Kolombia, terutama bagi Partai Democratic Center.
Uribe meninggal dunia setelah berjuang selama dua bulan di rumah sakit akibat luka tembak yang dideritanya saat berkampanye di Bogota pada awal Juni lalu. Penembakan terjadi tak lama setelah ia mendeklarasikan diri sebagai kandidat dalam pemilihan presiden yang akan digelar pada Maret 2026.
Kepergian Uribe menyisakan kesedihan mendalam. Jenazahnya disemayamkan di gedung Kongres Bogota, sebagai bentuk penghormatan terakhir atas dedikasinya kepada negara.
Miguel Uribe, di usia 39 tahun, adalah sosok politisi yang menjanjikan. Lulusan Harvard ini berasal dari keluarga dengan sejarah panjang di panggung politik Kolombia. Ia adalah cucu dari mantan Presiden Julio César Turbay Ayala dan putra dari jurnalis Diana Turbay, yang tewas dalam operasi penyelamatan setelah diculik oleh kartel narkoba Medellin.
Memulai karir politiknya pada tahun 2022, Uribe dengan cepat menarik perhatian publik. Sebagai representasi sayap kanan Kolombia, ia dikenal vokal dalam memperjuangkan isu-isu keamanan dan investasi asing. Keberaniannya mengkritik Presiden Gustavo Petro menjadikannya sosok yang disegani sekaligus kontroversial.
Uribe mendeklarasikan pencalonannya sebagai presiden di tempat yang sama di mana ibunya terbunuh, sebuah simbol keberanian dan tekad untuk membawa perubahan. Ia menyatakan memilih jalan pengampunan daripada pembalasan dendam, namun berjanji tidak akan pernah melupakan tragedi masa lalu.
Sebelum tragedi penembakan, Uribe termasuk dalam jajaran kandidat presiden dengan elektabilitas tinggi. Kematiannya meninggalkan kekosongan besar dalam peta politik Kolombia dan mengakhiri harapan banyak pihak yang melihatnya sebagai wajah baru bagi partai sayap kanan.