Meisya Siregar Dirawat di Rumah Sakit: Jalani Histeroskopi Akibat Masalah Hormon

Kabar kurang mengenakkan datang dari dunia hiburan. Artis Meisya Siregar harus dirawat di rumah sakit dan menjalani tindakan histeroskopi.

Meisya membagikan pengalaman ini melalui unggahan di media sosialnya. Ia mengungkapkan bahwa dirinya harus menjalani histeroskopi.

"Seumur hidup belum pernah opname kecuali melahirkan. Puji syukur kepada Allah yang sudah melancarkan semua prosesnya," tulis Meisya. Ia mengaku sempat khawatir saat mengalami pendarahan di luar siklus menstruasi, meski tidak merasakan sakit atau keluhan lain.

Setelah pemeriksaan, Meisya didiagnosis dengan hiperplasia endometrium (penebalan dinding rahim), polipoid endometrium, dan mioma uteri. Menurutnya, kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, yang diduga karena faktor usia.

"Setelah observasi beberapa kali, vonisnya sama: Hiperplasia Endometrium (Penebalan dinding rahim sampai 14) dan Polipoid Endometrium juga ada multiple kecil Mioma uteri," jelas Meisya. "Akibat dari: Hormon Progesteron rendah sementara Hormon Estrogen tinggi, yang terjadi: Imbalance Hormon. Diduga karena usia 46 tahun sudah mulai berantakan hormonnya, bisa jadi mau masuk fase perimenopause."

Tindakan histeroskopi diperlukan untuk mengatasi hiperplasia endometrium dan polipoid endometrium. Miom yang ditemukan tidak diangkat karena ukurannya masih kecil. Setelah histeroskopi, Meisya akan menjalani terapi hormon.

Mengenal Hiperplasia Endometrium

Hiperplasia endometrium adalah kondisi ketika lapisan rahim (endometrium) menebal secara berlebihan. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko kanker endometrium. Gejala hiperplasia endometrium meliputi:

  • Perdarahan menstruasi yang tidak normal atau di luar siklus
  • Siklus menstruasi yang pendek (kurang dari 21 hari)
  • Perdarahan menstruasi yang berat
  • Pendarahan setelah menopause
  • Tidak mengalami menstruasi

Histeroskopi digunakan untuk mendiagnosis hiperplasia endometrium. Dokter menggunakan alat khusus untuk memeriksa serviks dan rahim, serta mengambil sampel jaringan (biopsi). Pengobatan hiperplasia endometrium meliputi terapi hormon dan, dalam kasus yang parah, pengangkatan rahim (histerektomi).

Memahami Polipoid Endometrium

Polipoid endometrium, atau polip rahim, adalah pertumbuhan jaringan abnormal pada lapisan dalam rahim. Polip rahim dapat berbentuk bulat atau oval, dengan ukuran bervariasi. Faktor risiko polip rahim meliputi:

  • Usia (40-50 tahun)
  • Kelebihan berat badan
  • Riwayat tekanan darah tinggi
  • Penggunaan tamoxifen
  • Terapi penggantian hormon estrogen

Gejala polip rahim antara lain:

  • Siklus haid tidak teratur
  • Aliran darah yang sangat deras saat menstruasi
  • Perdarahan atau bercak di antara periode menstruasi
  • Infertilitas
  • Perdarahan setelah menopause
  • Perdarahan setelah berhubungan seksual

Polip rahim didiagnosis melalui histeroskopi, yang dapat dikombinasikan dengan operasi pengangkatan polip.

Scroll to Top