IHSG Terbang Tinggi Didorong Dana Asing, Sinyal Positif Berlanjut?

IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) melonjak +1,3% ke level 7.892,9 pada hari Rabu (13/8), didorong oleh arus modal asing yang deras, mencapai sekitar 1,5 triliun rupiah. Ini adalah arus masuk bersih (net foreign inflow) selama tiga hari berturut-turut sejak awal minggu. Bahkan, pada hari Selasa (12/8), tercatat inflow sebesar 2,2 triliun rupiah, menjadi yang tertinggi sejak 14 Mei 2025. Meskipun demikian, secara year-to-date (sejak awal 2025), IHSG masih mencatatkan outflow asing sebesar 57,3 triliun rupiah.

Saham-saham unggulan (blue chip) ikut menikmati berkah aliran dana asing ini, dengan kenaikan signifikan seperti $BBRI (+10,3%), $BMRI (+4,3%), $BBCA (+7,5%), $BBNI (+7,4%), $ASII (+5,2%), dan $TLKM (+14,3%). Sebelumnya, saham-saham grup konglomerasi juga mengalami kenaikan setelah pengumuman MSCI pada Jumat (8/8), di mana $DSSA dan $CUAN masuk ke dalam MSCI Indonesia Global Standard.

Kinerja apik ini membawa IHSG mendekati level psikologis 8.000, sejalan dengan optimisme Direktur Utama BEI (Bursa Efek Indonesia), Iman Rachman, yang memprediksi IHSG dapat menembus angka tersebut saat perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia.

Sentimen global juga mendukung penguatan IHSG, terutama ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed (Bank Sentral AS). Hal ini dipicu oleh data tenaga kerja AS yang lemah dan data inflasi AS yang sesuai perkiraan. Selain itu, perpanjangan waktu negosiasi dagang AS-China juga memberikan dorongan positif. Probabilitas penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 bps pada pertemuan September 2025 kini mencapai 96,2%, berdasarkan analisis CME FedWatch Tool. Hingga akhir tahun, probabilitas penurunan suku bunga AS minimal 50 bps berada di level 93,7%.

Sebelumnya, pasar obligasi negara sudah lebih dulu merasakan dampak positif inflow asing, terlihat dari penurunan yield obligasi negara tenor 10 tahun ke level 6,406%. Nilai tukar rupiah juga menguat ke level 16.195.

Faktor Kunci:

Kelanjutan inflow asing di masa depan akan bergantung pada perbaikan fundamental ekonomi Indonesia. Dalam jangka pendek, fokus investor tertuju pada potensi akselerasi belanja pemerintah pada semester kedua 2025. Dari sisi global, perkembangan dampak kebijakan tarif AS perlu diwaspadai karena berpotensi memengaruhi inflasi dan kebijakan suku bunga The Fed.

Sorotan Korporasi: $GOTO, $AMMN, $DEWA, $TLKM, $EXCL

  • $GOTO: GoTo mencatatkan adjusted EBITDA 427 miliar rupiah pada kuartal kedua 2025, sehingga total adjusted EBITDA selama semester pertama 2025 mencapai 820 miliar rupiah, sejalan dengan target manajemen.
  • $AMMN: Seorang Direktur Amman Mineral Internasional menjual 26 juta saham AMMN dengan harga rata-rata 8.828 rupiah per lembar.
  • $DEWA: Seorang pemegang saham Darma Henwa menjual ~2,6 miliar saham DEWA dengan harga rata-rata 208 rupiah per lembar.
  • $TLKM: Telkom Indonesia berencana mengubah pengurus perseroan, termasuk menambah posisi komisaris independen.
  • $EXCL: XLSmart Telecom Sejahtera menyetujui pengangkatan direktur baru.

Berita Hangat Lainnya:

  • Koperasi Desa Merah Putih yang gagal bayar akan mendapat dukungan dari dana desa.
  • Investasi sektor energi dan sumber daya mineral selama semester pertama 2025 tumbuh +24,1% YoY, tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
  • Peraturan presiden terkait PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) akan menghapus mekanisme tipping fee.
  • Pemerintah China berencana menawarkan subsidi bunga pinjaman untuk memacu konsumsi.
  • Pemerintah meningkatkan jumlah bandara berstatus internasional dari 22 menjadi 40 guna mendorong pariwisata dan pertumbuhan ekonomi.
Scroll to Top