SAMARINDA – Balikpapan mencatatkan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi di Kalimantan Timur (Kaltim) hingga pertengahan Agustus 2025, dengan total 892 kasus. Walau demikian, ada kabar baik yang datang dari Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, yaitu penurunan signifikan pada angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) DBD dalam enam tahun terakhir. CFR turun dari 0,87 persen pada tahun 2020 menjadi hanya 0,18 persen pada Agustus 2025, angka terendah selama periode tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, menyatakan bahwa tren CFR di tingkat provinsi mengalami perbaikan. Akan tetapi, tingginya angka kasus di Balikpapan tetap menjadi sorotan.
"Meskipun angka kasus tinggi, tidak selalu berarti angka kematian juga tinggi," jelasnya. Data menunjukkan bahwa angka kematian tertinggi justru terjadi di Kabupaten Paser, dengan dua kasus kematian dari total 213 kasus DBD. Sementara itu, Balikpapan, meskipun hampir mencapai 900 pasien, hanya mencatatkan satu kasus kematian.
Meskipun demikian, tiga daerah lainnya tetap menjadi fokus karena CFR mereka masih di atas target Rencana Strategis Nasional (Renstra Nasional), yaitu di atas 0,5 persen. Ketiga daerah tersebut adalah Kutai Barat, Paser, dan Berau.
Untuk mempertahankan tren positif ini dan sekaligus menekan potensi peningkatan kasus, Pemerintah Provinsi Kaltim menerapkan strategi terpadu. Strategi ini meliputi vaksinasi dengue yang secara intensif dilakukan di sekolah-sekolah, serta program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus.
Peluncuran vaksinasi terbaru dilaksanakan di Tenggarong, Kutai Kartanegara, dengan target sebanyak 1.550 siswa SD kelas I hingga V. "Kewaspadaan dari masyarakat adalah kunci utama. Lingkungan yang bersih dan kesadaran akan PSN harus menjadi budaya," tegas Jaya.
Dengan mobilitas penduduk yang tinggi dan kepadatan penduduk yang besar, Balikpapan diperkirakan akan terus menghadapi tantangan dalam pengendalian DBD. Pemerintah berharap agar masyarakat tidak hanya bergantung pada upaya medis, tetapi juga aktif menjaga kebersihan lingkungan untuk memutus mata rantai penularan DBD.