Rupiah menunjukkan performa impresif di pasar valuta asing hari ini, Kamis (14 Agustus 2025). Mata uang Garuda dibuka dengan penguatan tajam sebesar 0,56% ke level Rp16.100 per dolar AS. Momentum positif ini merupakan kelanjutan dari tren penguatan kemarin, di mana rupiah juga berhasil terapresiasi 0,55% ke posisi Rp16.190 per dolar AS.
Kinerja rupiah yang gemilang ini sejalan dengan tren positif yang melanda sebagian besar mata uang Asia. Yen Jepang memimpin penguatan dengan lonjakan 0,58%, diikuti oleh rupiah dan ringgit Malaysia yang masing-masing menguat 0,56% dan 0,48%. Mata uang Asia lainnya seperti dolar Taiwan, Laos Kip, baht Thailand, yuan China, dan dolar Singapura juga turut merasakan dampak positif.
Namun, tidak semua mata uang Asia bernasib sama. Dong Vietnam dan won Korea justru mengalami pelemahan terhadap dolar AS, dengan won Korea mencatat penurunan paling signifikan.
Kuatnya mata uang Asia secara umum didorong oleh melemahnya indeks dolar AS (DXY). Pelemahan ini dipicu oleh meningkatnya harapan pasar terhadap pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).
Indeks DXY tercatat melemah 0,16% ke level 97,72, melanjutkan penurunan dari hari sebelumnya. Level ini merupakan yang terendah sejak akhir Juli 2025.
Ekspektasi penurunan suku bunga acuan The Fed semakin menguat, didorong oleh data Federal Funds Futures yang menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September mendatang mencapai lebih dari 90%. Bahkan, terdapat peluang kecil untuk pemangkasan yang lebih agresif sebesar 50 basis poin.
Prospek penurunan suku bunga AS menjadi katalis positif bagi mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia. Langkah ini berpotensi memicu arus modal masuk ke pasar negara berkembang, meningkatkan permintaan terhadap rupiah, dan memperkuat nilai tukar mata uang Garuda.