Jakarta – Planet Merkurius, si kecil yang paling dekat dengan Matahari, ternyata menyimpan kejutan luar biasa di balik permukaannya yang panas membara: lapisan berlian raksasa setebal 17 kilometer!
Penelitian terbaru mengungkap bahwa tekanan dan suhu ekstrem di dalam Merkurius memungkinkan karbon di kedalaman mantel planet tersebut berubah menjadi berlian. Lapisan kristal padat ini membentuk semacam cangkang di sekeliling inti logam planet.
Asal Mula Karbon dan Lahirnya Berlian
Permukaan Merkurius kaya akan grafit, sebuah bentuk lain dari karbon. Ini mengindikasikan bahwa dulu, kerak planet ini mengapung di atas lautan magma yang kaya karbon. Saat lautan magma ini mendingin, karbon yang lebih ringan naik ke permukaan, sementara karbon yang lebih padat tenggelam semakin dalam ke dalam planet.
Di bawah tekanan dahsyat dan suhu yang sangat tinggi, karbon yang terbenam ini mengalami transformasi menjadi berlian di batas antara inti dan mantel Merkurius. Percobaan menunjukkan bahwa berlian ini cukup stabil untuk tenggelam dan terakumulasi, menciptakan lapisan unik yang bisa mencapai ketebalan hingga 18 km di sekitar inti.
Kunci Medan Magnet Merkurius?
Keunikan Merkurius lainnya adalah medan magnetnya yang kuat, padahal ukurannya relatif kecil. Salah satu teori yang muncul adalah konduktivitas termal berlian yang tinggi berperan penting dalam hal ini.
Saat karbon mendingin dan menjadi berlian, ia meningkatkan transfer panas dari inti Merkurius ke mantelnya. Hal ini membantu mempertahankan gradien termal yang diperlukan untuk menghasilkan dinamo magnetik planet tersebut.
Dengan kata lain, lapisan berlian ini membantu menjaga inti Merkurius tetap panas dan aktif, yang pada akhirnya memicu medan magnet planet.
Dampak Bagi Ilmu Planet
Penemuan lapisan berlian di Merkurius ini memiliki implikasi yang luas bagi pemahaman kita tentang planet terestrial lainnya. Sementara Bumi, Venus, dan Mars kehilangan sebagian besar karbon permukaannya melalui proses geologis, Merkurius justru berhasil mempertahankan dan memusatkan kandungan karbonnya.
Penelitian ini juga membuka kemungkinan bahwa lapisan berlian serupa mungkin ada di planet lain, atau bahkan asteroid yang kaya karbon, jika kondisi yang tepat terpenuhi selama pembentukannya. Temuan ini menawarkan perspektif baru tentang komposisi dan evolusi planet-planet di seluruh alam semesta.