Jakarta – Stok beras premium di toko ritel modern dilaporkan menipis. Situasi ini dipicu oleh langkah pengurangan stok yang dilakukan oleh para peritel, menyusul adanya investigasi terkait penjualan beras premium oplosan.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengungkapkan bahwa sejumlah besar anggota ritel yang tergabung dalam Aprindo mendapatkan panggilan dari pihak kepolisian karena diduga menjual beras premium yang ternyata merupakan campuran.
"Stok menipis karena pasokan terhambat. Imbasnya, banyak anggota kami yang dipanggil polisi karena menjual beras yang dipermasalahkan," ujarnya. Akibatnya, para peritel memutuskan untuk mengurangi stok beras premium sebagai langkah antisipasi.
Meskipun enggan menyebutkan jumlah pasti pengusaha ritel yang telah dipanggil, ia memastikan bahwa jumlahnya lebih dari satu. Saat ini, secara bertahap pengusaha ritel mulai kembali memasok beras premium, termasuk beras Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP), dan diharapkan pasokan akan kembali normal dalam waktu dekat.
Ia menambahkan, banyak produsen beras premium yang menghentikan produksi mereka. Terkait penarikan produk beras oplosan, pemerintah sebenarnya masih menginginkan pengusaha ritel untuk tetap menjual beras. Namun, pemerintah daerah mengeluarkan instruksi untuk menarik merek beras oplosan dari peredaran.
Pemeriksaan oleh pihak kepolisian membuat para pengusaha ritel merasa tidak nyaman. Dalam situasi yang demikian, mereka memilih untuk tidak menjual produk-produk yang menjadi polemik beras oplosan.
"Reaksi dari kepolisian yang memintai keterangan peritel membuat kami kurang nyaman. Masyarakat juga menginginkan produk tersebut tidak dipajang, dan pemerintah daerah meminta produk-produk yang dipermasalahkan untuk diturunkan. Sebagai pedagang, kami tidak ingin berdagang dalam kondisi yang tidak nyaman. Lebih baik tidak berdagang," pungkasnya.