Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menekankan pentingnya peran Papua dalam mewujudkan target Indonesia bebas malaria pada tahun 2030. Data menunjukkan bahwa sebagian besar kasus malaria di Indonesia terkonsentrasi di wilayah Papua.
Salah satu kendala utama dalam pemberantasan malaria adalah penanganan Plasmodium vivax, parasit yang dapat membentuk sel dorman (hipnozoit) di hati. Hipnozoit ini tidak terdeteksi oleh metode pemeriksaan standar seperti mikroskopis atau tes cepat. Saat ini, belum ada metode pengujian yang akurat untuk mendeteksi keberadaan hipnozoit laten di hati.
BRIN bersama mitra penelitiannya tengah menjajaki berbagai strategi untuk mengatasi masalah ini. Upaya tersebut meliputi pemberian primaquine dosis tinggi dalam waktu singkat, serta uji coba obat baru tafenoquine yang hanya memerlukan satu dosis.
Vaksin malaria juga menjadi fokus pencegahan. WHO telah merekomendasikan penggunaan vaksin di beberapa negara Afrika. Indonesia juga bersiap untuk menguji coba vaksin R21 pada tahun depan, guna mengetahui efektivitasnya terhadap Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum.
Selain itu, kerja sama dengan peneliti Papua Nugini dilakukan untuk surveilans molekuler di wilayah perbatasan, mengingat pergerakan penduduk dapat mempengaruhi penyebaran malaria di kedua negara. Dengan kombinasi riset, inovasi, dan intervensi lapangan yang tepat, target eliminasi malaria di Indonesia diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030.