Xiaomi Kembali Merajai Pasar HP Indonesia dan Asia Tenggara di Kuartal Kedua 2025

Xiaomi sekali lagi mengukuhkan posisinya sebagai penguasa pasar ponsel pintar di Indonesia dan Asia Tenggara pada kuartal kedua (Q2) 2025. Keberhasilan ini menandai kembalinya Xiaomi ke puncak setelah terakhir kali menduduki posisi tersebut pada Q2 2021.

Pasar ponsel pintar di Asia Tenggara sendiri mengalami sedikit penurunan sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan total pengiriman mencapai 25 juta unit. Ketidakpastian tarif perdagangan dan fluktuasi ekonomi menjadi faktor yang memengaruhi daya beli konsumen di kawasan ini.

Xiaomi berhasil mengirimkan 4,7 juta unit ponsel, menguasai 19% pangsa pasar di Asia Tenggara. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 8% dibandingkan tahun sebelumnya. Di Indonesia, Xiaomi juga mempertahankan dominasinya dengan pangsa pasar sebesar 21%.

Menurut laporan, kesuksesan Xiaomi didorong oleh penjualan seri Redmi yang kuat dan perluasan jaringan distribusi, baik melalui penjualan langsung ke konsumen maupun kerja sama dengan operator seluler. Merek Poco, yang merupakan sub-merek Xiaomi, mencatat peningkatan pengiriman lebih dari dua kali lipat. Sementara itu, seri premium Xiaomi 15 mengalami pertumbuhan sebesar 54% dibandingkan tahun sebelumnya, memperkuat citra Xiaomi sebagai merek yang mampu menawarkan produk unggulan dengan harga terjangkau dan bersaing di segmen premium.

Transsion berada di posisi kedua di Asia Tenggara dengan 4,5 juta unit (18% pangsa pasar), naik 17% berkat peluncuran agresif di segmen entry-level. Induk dari merek Infinix, Tecno, dan Itel ini juga menduduki posisi kedua di Indonesia dengan pangsa pasar 20%.

Samsung menempati urutan ketiga dengan 4,3 juta unit (17%), meskipun mengalami penurunan 3% dibandingkan tahun sebelumnya. Permintaan untuk model 5G Samsung, seperti Galaxy A06 5G dan A16 5G, tetap kuat di pasar seperti Vietnam dan Singapura. Di Indonesia, Samsung menduduki posisi ketiga dengan pangsa pasar 18%.

Oppo dan Vivo melengkapi lima besar dengan pengiriman masing-masing 3,5 juta unit (14%) dan 2,8 juta unit (11%). Namun, keduanya mengalami penurunan signifikan, masing-masing 19% dan 21%, akibat persaingan ketat di segmen entry-level. Di Indonesia, keduanya berada di posisi yang sama dengan pangsa pasar masing-masing 14% dan 13%.

Ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok mengganggu rantai pasokan, memengaruhi produksi dan ketersediaan stok di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Volatilitas mata uang, khususnya pelemahan dolar AS, juga memaksa para vendor untuk menyesuaikan harga dan memberikan promosi yang menarik.

Di tengah kondisi pasar yang menantang, fleksibilitas dalam portofolio produk dan strategi jaringan distribusi menjadi kunci keberhasilan.

Honor mencatat lonjakan pengiriman sebesar 121% di Asia Tenggara, melampaui 1 juta unit berkat model seperti seri X9c dan 400. Vivo juga menunjukkan momentum di segmen menengah, dengan pengiriman seri V naik 92% dibandingkan tahun sebelumnya, menyumbang 21% dari total pengirimannya.

Platform e-commerce seperti TikTok Shop membuka peluang baru bagi vendor seperti Xiaomi dan Infinix untuk menjual model eksklusif online dengan harga kompetitif dan menghabiskan stok lama melalui diskon menarik. Di Indonesia, Xiaomi memanfaatkan platform ini untuk memperkuat penetrasi pasar, mengikuti kesuksesan Shopee dan Lazada. Xiaomi memperluas jangkauan distribusinya melalui strategi omnichannel yang efektif.

Scroll to Top