Hanung Bramantyo Soroti Kualitas Visual Film Animasi ‘Merah Putih: One For All’

Sutradara ternama, Hanung Bramantyo, memberikan pandangannya terhadap film animasi ‘Merah Putih: One For All’ usai menontonnya di hari pertama penayangan. Ia berpendapat bahwa film tersebut terasa belum rampung dan lebih cocok disebut sebagai tahapan awal produksi yang terlanjur dipublikasikan.

Ketidaksempurnaan yang paling mencolok, menurut Hanung, terletak pada kualitas visualnya. Ia menilai film ini seharusnya masih dalam tahap pre-visualisasi, di mana para animator dan kreator baru sebatas membuat gambaran kasar mengenai elemen-elemen yang akan ada dalam film.

"Ini proses awal untuk melihat struktur film. Ada set hutan, sungai, air terjun. Tapi bukan hasil akhir yang seharusnya ditampilkan ke publik," jelas Hanung. Ia menambahkan bahwa tampilan visual ini seharusnya hanya menjadi acuan bagi para kreator untuk memahami aset apa saja yang perlu mereka buat.

Hanung menekankan bahwa dengan tambahan suara dan musik, film ini masih dalam tahap pasca-skenario awal yang bertujuan untuk memberikan mood kepada animator agar dapat menyempurnakan karya mereka.

"Tujuannya untuk memberikan mood kepada kreator, agar mereka punya gambaran seperti apa film ini nantinya sebelum dibaguskan dan disempurnakan," imbuhnya.

Ia lantas membandingkan ‘Merah Putih: One For All’ dengan film animasi ‘Adit Sopo Jarwo The Movie’. Meski memiliki bujet yang cukup besar, ‘Adit Sopo Jarwo The Movie’ memilih untuk tayang di platform OTT agar kekurangan teknisnya tidak terlalu terlihat.

"Kalau ‘Adit Sopo Jarwo The Movie’ masih jauh dari sempurna, tapi untungnya tidak tayang di bioskop, sehingga kekurangannya bisa tertutupi," ujarnya.

Hanung juga mengkritisi aspek teknis ‘Merah Putih: One For All’ yang dinilainya masih kasar. Ia mencontohkan detail seperti bulu ekor monyet yang terlihat seperti mockup dan belum natural.

"Di layar lebar, detail seperti bulu ekor monyet itu terlihat sangat mentah. Itu seperti mockup. Kita tahu itu monyet, tapi tidak seharusnya ditampilkan seperti itu di bioskop," tegasnya.

Menanggapi adanya keanehan seperti suara burung yang terdengar mirip monyet, Hanung kembali menegaskan bahwa film ini lebih cocok disebut sebagai tahapan awal proses animasi yang belum diolah dengan baik.

"Menurut saya, film ini masih dalam tahap awal proses animasi. Belum diapa-apain. Ini betul-betul hanya sebagai pre-visual. Silakan cari tahu apa itu pre-visual," pungkasnya.

Scroll to Top