MUMBAI, InfoSAWIT – Setelah sempat menahan diri selama lima bulan, India kembali menunjukkan minat yang kuat terhadap impor minyak sawit mentah (CPO) sejak awal April 2025. Faktor utama pendorongnya adalah penurunan harga CPO yang membuatnya lebih kompetitif dibandingkan minyak kedelai. Kondisi ini memicu para pelaku industri penyulingan untuk meningkatkan pemesanan dan mengisi kembali persediaan yang mulai menipis.
Harga CPO yang lebih rendah menjadi daya tarik utama bagi India. Untuk pengiriman Mei, harga CPO ke India ditawarkan sekitar USD 1.050 per ton (CIF), lebih rendah dibandingkan harga minyak kedelai mentah yang berada di kisaran USD 1.100 per ton.
Sebagai importir minyak sawit terbesar di dunia, India sempat mengurangi pembelian sejak Desember 2024 karena selisih harga minyak sawit dan minyak kedelai terlalu lebar. Akibatnya, impor minyak sawit India selama periode Desember hingga Maret hanya mencapai 1,57 juta ton, jauh di bawah rata-rata bulanan 750.000 ton pada tahun sebelumnya.
Namun, tren ini diprediksi akan berbalik. Impor minyak sawit India pada April diperkirakan mencapai 350.000 ton dan akan terus meningkat menjadi lebih dari 500.000 ton pada Mei, bahkan melampaui 600.000 ton di bulan Juni. Volume bulanan pada periode Juli hingga September diperkirakan dapat kembali menembus angka 700.000 ton.
Kebutuhan untuk mengisi kembali stok yang menipis menjadi alasan utama peningkatan impor. Penyuling perlu meningkatkan cadangan mereka setelah beberapa bulan terakhir impor yang rendah.
India mengandalkan Indonesia dan Malaysia sebagai pemasok utama minyak sawit. Sementara itu, untuk minyak kedelai dan minyak bunga matahari, negara ini bergantung pada pasokan dari Argentina, Brasil, Rusia, dan Ukraina.
Peningkatan permintaan dari India ini diharapkan dapat memberikan dukungan positif terhadap harga kontrak berjangka minyak sawit Malaysia, yang sebelumnya mengalami pelemahan.