Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat gebrakan dalam kancah perang dagang global. Kebijakan tarif resiprokal yang kontroversial kini memasuki babak baru dengan serangkaian penundaan dan indikasi pelunakan.
Penundaan Tarif untuk Kanada dan Meksiko
Awal Februari 2025, Trump sempat menunda pemberlakuan tarif 25% untuk Kanada dan Meksiko (kecuali energi Kanada sebesar 10%). Penundaan ini terjadi setelah serangkaian pembicaraan telepon dengan para pemimpin kedua negara.
Meksiko berjanji untuk mengerahkan 10.000 tentara ke perbatasan guna menghentikan peredaran fentanil, narkoba mematikan yang menjadi masalah serius di AS. Kanada juga melakukan hal serupa dengan mengerahkan 10.000 petugas untuk mengamankan perbatasan dan menindak pencucian uang.
Trump mengisyaratkan adanya kesepakatan jangka panjang dengan kedua negara. Ia menekankan tanggung jawabnya sebagai presiden untuk memastikan keselamatan seluruh warga Amerika.
Secara resmi, penundaan tarif resiprokal selama 90 hari diumumkan untuk 56 negara, termasuk Indonesia, pada 9 April 2025. Namun, kebijakan ini tidak berlaku untuk China yang justru mengalami kenaikan tarif menjadi 125%.
Kebijakan ini diklaim sebagai langkah strategis untuk memberi ruang negosiasi bagi negara-negara yang ingin berdialog dengan AS. Gedung Putih menegaskan bahwa tarif umum 10% atas hampir seluruh barang impor ke AS tetap berlaku, begitu pula tarif yang sudah diterapkan pada mobil, baja, dan aluminium.
Sinyal Negosiasi dengan China
China menjadi target utama perang tarif Trump sejak awal. Namun, respons Beijing dengan tarif balasan tinggi membuat Trump mengisyaratkan kemungkinan berakhirnya konflik ini.
Trump mengindikasikan tidak akan menaikkan tarif lebih lanjut setelah mengenakan tarif 245% pada China. Ia bahkan mempertimbangkan untuk menurunkan tarif. Sementara itu, China memberikan tarif balasan 145% ke AS.
Trump membuka ruang negosiasi sebelum menerapkan tarif yang lebih tinggi. Meski Beijing menyatakan tidak akan menanggapi "permainan angka" tarif Trump, Trump mengklaim China telah berkomunikasi sejak pengenaan tarif dan optimis akan tercapainya kesepakatan.
Penundaan Tarif untuk Barang Elektronik
Baru-baru ini, Trump juga menunda kebijakan tarif baru pada beberapa barang elektronik konsumen. Smartphone, komputer, serta perangkat dan komponen lain seperti semikonduktor dikecualikan dari tarif resiprokal.
Namun, pengecualian ini tidak bersifat permanen. Trump menyatakan bahwa produk-produk ini masih tunduk pada Tarif Fentanil 20% yang ada.
Trump: Tarif China Akan Turun
Setelah kembali ke Gedung Putih, Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 145% pada banyak produk dari China. Namun, ia mengakui bahwa level ini sangat tinggi dan mengisyaratkan akan turun secara substansial, meski tidak sampai nol.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, juga menyatakan kemungkinan pembicaraan dan kesepakatan perdagangan dengan China. Ia menyebutkan bahwa "bola bergerak ke arah yang benar" dan pihak-pihak yang terlibat ingin melihat kesepakatan perdagangan terjadi.
China membalas dengan tarif 125% untuk barang-barang AS dan mengisyaratkan bahwa perang dagang tidak akan menguntungkan siapapun.