HIV AIDS tetap menjadi tantangan kesehatan global yang signifikan. Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, dan jika tidak diobati, dapat berkembang menjadi AIDS, kondisi yang sangat rentan terhadap infeksi. Sayangnya, kasus HIV AIDS terus meningkat, menyoroti urgensi intervensi pencegahan yang efektif.
Pekerja Seks Perempuan (PSP) adalah salah satu kelompok yang paling rentan terhadap penularan HIV. Data menunjukkan bahwa prevalensi HIV di kalangan PSP sangat tinggi, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di Indonesia, angka ini juga mengkhawatirkan, dengan prevalensi yang lebih tinggi di kota-kota besar. Faktor risiko utama meliputi penggunaan kondom yang tidak konsisten, banyaknya pasangan seksual, dan akses terbatas ke layanan kesehatan.
Mengingat dampak besar HIV terhadap kesehatan dan kebutuhan pengobatan seumur hidup, pencegahan menjadi kunci. Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP), yang direkomendasikan oleh WHO, menawarkan harapan baru. PrEP adalah strategi pencegahan HIV dengan menggunakan obat antiretroviral (ARV) bagi individu yang berisiko tinggi terinfeksi HIV tetapi masih HIV negatif. Studi menunjukkan efektivitas PrEP yang sangat tinggi dalam mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik.
Pemerintah Indonesia juga mengakui pentingnya PrEP. Peraturan Menteri Kesehatan mengizinkan pemberian ARV profilaksis kepada orang yang berisiko HIV. Namun, implementasi program PrEP membutuhkan pendekatan yang sensitif dan non-diskriminatif.
Pendekatan humanis sangat penting dalam menjangkau PSP. Membangun kepercayaan melalui sosialisasi kesehatan umum, mendengarkan kekhawatiran mereka, dan menjalin komunikasi yang baik adalah langkah awal yang krusial. Informasi tentang HIV AIDS dan PrEP harus disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, didukung oleh media visual dan contoh kasus nyata.
Pengalaman di lapangan menunjukkan minat yang positif terhadap informasi PrEP di kalangan PSP. Kesediaan mereka untuk mengakses layanan PrEP di fasilitas kesehatan rujukan adalah indikator keberhasilan yang menjanjikan.
Keberlanjutan program PrEP memerlukan kolaborasi lintas sektor yang kuat antara pemerintah daerah, fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas PSP. Integrasi program PrEP ke dalam layanan kesehatan reproduksi yang lebih luas dapat meningkatkan jangkauan dan efektivitasnya. Dengan upaya bersama, kita dapat mengurangi risiko HIV AIDS dan meningkatkan kesehatan masyarakat.