Di tengah gempuran teknologi, aplikasi buatan anak bangsa, Aksaraya, berhasil mencuri perhatian di App Store. Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Apple menyoroti aplikasi ini sebagai wujud karya inovatif yang mengangkat kekayaan budaya Indonesia.
Aksaraya lahir dari buah pemikiran tujuh alumni Apple Developer Academy Batam pada tahun 2020. Tujuan utama aplikasi ini adalah untuk melestarikan Aksara Jawa melalui platform teknologi yang mudah diakses, terutama bagi generasi muda.
Inspirasi pembuatan Aksaraya berawal dari keresahan pribadi Muhammad Naratama, salah seorang pendiri aplikasi, beserta timnya yang berasal dari Jawa. Tama merasakan sendiri betapa sulitnya mempelajari Aksara Jawa sebagai bagian dari kurikulum muatan lokal di sekolah.
Kondisi ini kontras dengan Thailand, di mana aksara dipelajari secara luas dan menjadi bagian penting dari identitas nasional mereka.
"Penggunaan Aksara Jawa di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, dirasa belum optimal," ungkap Tama.
Keresahan inilah yang memicu ide untuk mengembangkan aplikasi yang dapat membuat pembelajaran Aksara Jawa lebih menarik dan relevan bagi generasi muda.
Dari Gagasan Sederhana hingga Pengakuan Global
Perjalanan mengembangkan Aksaraya tidaklah mudah. Tantangan terbesar adalah memastikan akurasi dan standarisasi Aksara Jawa. Untuk mengatasi hal ini, tim bekerja sama dengan komunitas Segajabung di Yogyakarta, yang dipimpin oleh Setia Amrih, seorang guru SMA dan ahli aksara yang terlibat aktif dalam Kongres Aksara tahunan.
"Kami berkonsultasi langsung dengan Bapak Setia Amrih untuk memastikan kebenaran penulisan dan tata bahasa dalam aplikasi," jelas Tama.
Proses ini memakan waktu cukup lama, terutama dalam menyesuaikan keyboard Aksara Jawa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh komunitas.
Tantangan lain muncul dari kendala geografis. Berbasis di Jakarta, tim kesulitan menjangkau komunitas pengguna utama yang berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur. "Kami sangat bergantung pada komunitas untuk memperkenalkan aplikasi ini kepada para pengguna," kata Tama.
Meskipun demikian, tim terus berupaya menjalin komunikasi yang baik dengan komunitas dan mengikuti perkembangan aksara dari Kongres Aksara untuk memastikan aplikasi tetap relevan.
Secara teknis, pengembangan aplikasi memakan waktu dua bulan untuk versi awal, diikuti enam bulan pengembangan lanjutan setelah terpilih dalam Government Showcase di Apple Developer Academy. Dukungan pendanaan dari Apple melalui program Catalyst memungkinkan tim untuk menyempurnakan aplikasi hingga siap diluncurkan ke pasar.
Fitur utama Aksaraya, yaitu modul pembelajaran berbasis gamifikasi dan keyboard Aksara Jawa, dirancang untuk memenuhi dua tujuan utama: edukasi bagi pelajar dan penggunaan praktis di media sosial seperti WhatsApp dan Instagram.
Awalnya, Aksaraya diprediksi hanya akan digunakan untuk keperluan muatan lokal di sekolah. Namun, setelah dirilis, jumlah unduhannya hampir mencapai 100 ribu. Menariknya, sebagian besar pengguna justru berasal dari kalangan usia 20 tahun ke atas yang menggunakannya untuk menulis bio Instagram atau mengirim pesan di WhatsApp.
Saat ini, Aksaraya memiliki rating 4.6 di App Store dan menjadi salah satu aplikasi buatan anak bangsa yang mendapatkan dukungan pendanaan dari Apple. Sorotan menjelang tanggal 17 Agustus semakin menambah daftar prestasi mereka.
"Bagi kami, ini adalah kehormatan besar, karena Aksaraya sudah cukup lama hadir dan akhirnya mendapat sorotan kembali. Kami sangat berharap aplikasi ini dapat digunakan secara lebih luas dan aksara dapat menjadi identitas suatu daerah," kata Tama.
"Kami berharap semakin banyak orang yang menggunakan aksara, setidaknya di media sosial, misalnya untuk membuat story di Instagram menggunakan aksara. Hal ini tentu dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap Aksara Jawa," pungkasnya.