Pemerintah Indonesia baru-baru ini mengumumkan kesiapannya untuk mengevakuasi warga Palestina dari Jalur Gaza, sebuah langkah yang menandai perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri Indonesia terkait isu Palestina.
Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa Indonesia bersedia mengevakuasi warga Gaza jika disetujui oleh semua pihak terkait, termasuk negara-negara Timur Tengah yang selama ini aktif memberikan bantuan kemanusiaan. Prabowo menekankan bahwa evakuasi ini bersifat sementara, hingga kondisi di Gaza membaik dan memungkinkan para pengungsi untuk kembali ke tanah air mereka. Gelombang pertama evakuasi direncanakan akan menampung sekitar 1.000 orang.
Keputusan ini berbeda dengan pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI sebelumnya, yang menolak segala bentuk pemindahan warga Palestina dari Gaza. Kemlu berpendapat bahwa tindakan tersebut akan mendukung agenda Israel dan Amerika Serikat untuk mengusir warga Gaza dari wilayah mereka.
Perubahan sikap ini memunculkan berbagai spekulasi. Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, berpendapat bahwa inisiatif ini murni berasal dari pemikiran Prabowo, yang terinspirasi oleh amanah KTT OKI dan Liga Arab untuk mencapai perdamaian di Palestina. Pengalaman Prabowo yang pernah tinggal di Yordania dan menyaksikan penderitaan pengungsi Palestina juga turut memengaruhi keputusannya.
Sementara itu, pengamat lainnya dari Universitas Padjadjaran, Affabile Rifawan, menilai bahwa langkah ini merupakan upaya Indonesia untuk menunjukkan perannya yang lebih aktif dalam resolusi konflik di Timur Tengah. Ia mencontohkan pengalaman Indonesia dalam menampung pengungsi Vietnam di Pulau Galang pada masa lalu.
Namun, ada juga yang mengaitkan keputusan ini dengan faktor ekonomi. Prabowo menyampaikan pernyataan tersebut menjelang penerapan tarif timbal balik oleh AS terhadap produk-produk Indonesia. Meski tarif tersebut ditunda, beberapa pihak berpendapat bahwa tawaran evakuasi warga Gaza bisa menjadi bagian dari negosiasi perdagangan antara Indonesia dan AS.
Rezasyah juga sependapat bahwa ancaman tarif dari AS mungkin memainkan peran dalam perubahan sikap Indonesia. Ia menilai bahwa langkah ini bisa dilihat sebagai upaya melunakkan sikap AS dan Israel terhadap Indonesia.
Terlepas dari berbagai spekulasi, keputusan Indonesia untuk mengevakuasi warga Gaza merupakan sebuah terobosan yang patut diapresiasi. Langkah ini diharapkan dapat menginspirasi negara-negara lain, khususnya di Timur Tengah, untuk lebih aktif dalam membantu rakyat Palestina.