Kecaman Keras Negara Arab dan Muslim atas Ambisi "Israel Raya" Netanyahu

Koalisi negara-negara Arab dan Muslim mengecam keras pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang secara terbuka mendukung konsep "Israel Raya". Pernyataan ini dipandang sebagai ancaman langsung terhadap stabilitas kawasan dan pelanggaran berat terhadap hukum internasional.

Pernyataan bersama dari 31 negara Arab dan Islam, yang dikoordinasi oleh Liga Arab, menilai pandangan Netanyahu mencerminkan pengabaian terhadap hukum internasional dan fondasi hubungan antarnegara yang stabil. Mereka menegaskan, ambisi "Israel Raya" mengancam keamanan nasional Arab, kedaulatan negara-negara, serta perdamaian regional dan global.

Konsep "Israel Raya," yang dianut oleh kelompok ultranasionalis Israel, mencakup klaim atas Tepi Barat, Gaza, sebagian Lebanon, Suriah, Mesir, dan Yordania.

Selain mengkritik Netanyahu, koalisi negara-negara tersebut juga menyoroti pernyataan Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, yang berjanji melanjutkan ekspansi permukiman di Tepi Barat. Tindakan ini dipandang sebagai pelanggaran nyata terhadap hukum internasional dan serangan terhadap hak rakyat Palestina untuk memiliki negara merdeka berdaulat dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.

Koalisi itu menegaskan Israel tidak memiliki hak atas wilayah Palestina yang diduduki. Mereka juga mengecam pernyataan Smotrich yang akan menyetujui ribuan unit perumahan dalam proyek permukiman ilegal di Tepi Barat, dengan tujuan "mengubur ide negara Palestina."

Kecaman ini muncul di tengah konflik yang telah berlangsung selama 22 bulan di Gaza, yang menyebabkan puluhan ribu korban jiwa dan ratusan ribu luka-luka. Kabinet Keamanan Israel baru-baru ini menyetujui rencana Netanyahu untuk menduduki penuh Kota Gaza.

Netanyahu juga menyerukan agar warga Palestina "diizinkan meninggalkan Gaza". Aktivis hak asasi manusia mengkritik pernyataan ini dan menyebutnya sebagai upaya "pembersihan etnis" di Gaza. Wilayah yang dihuni jutaan jiwa ini sebagian besar terdiri dari pengungsi dan keturunan pengungsi sejak Nakba 1948.

Sebelumnya, ide merelokasi penduduk Gaza juga pernah diusulkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, namun selalu memicu kekhawatiran dan kecaman dari masyarakat internasional.

Scroll to Top