Diet Semangka: Tren Viral yang Perlu Dipahami Lebih Dalam

Beberapa waktu belakangan, jagat media sosial diramaikan dengan tren watermelon diet atau diet semangka. Diet ini diklaim sebagai cara instan untuk melakukan detoksifikasi dan menurunkan berat badan dalam waktu singkat.

Konsep dari diet ini adalah mengonsumsi hanya semangka selama 3 hingga 7 hari. Versi yang paling populer adalah 5 hari. Beberapa variasi memperbolehkan tambahan makanan lain seperti protein rendah lemak, namun semangka tetap menjadi sumber energi utama.

Banyak pengguna TikTok yang mengklaim berhasil menurunkan berat badan setelah menjalankan diet ini selama lima hari.

Meskipun demikian, para ahli gizi tidak menyarankan untuk mengikuti diet semangka. Semangka memang kaya akan vitamin C, vitamin A, dan memiliki kandungan air yang tinggi (sekitar 90-92%), yang dapat membuat perut terasa kenyang dengan asupan kalori yang rendah.

Namun, penurunan berat badan yang terjadi akibat diet semangka umumnya disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh dan massa otot, bukan pembakaran lemak. Berat badan ini pun cenderung mudah kembali jika pola makan normal diterapkan kembali.

Mengonsumsi semangka sebagai satu-satunya sumber makanan dapat menimbulkan berbagai risiko bagi kesehatan tubuh. Beberapa di antaranya adalah kekurangan protein dan lemak, risiko kehilangan massa otot akibat kurangnya asam amino esensial, ketidakseimbangan elektrolit, pusing, kelelahan, hingga masalah pencernaan.

Meskipun semangka adalah buah yang menyehatkan, hidup hanya dengan mengonsumsi semangka bukanlah pilihan yang bijak. Hal ini berlaku untuk jenis makanan tunggal lainnya.

Cara terbaik untuk menurunkan berat badan adalah dengan menerapkan pola makan yang seimbang, mencakup buah-buahan, sayuran, protein, lemak sehat, dan karbohidrat kompleks. Semangka dapat menjadi bagian dari menu harian sebagai camilan segar, bukan sebagai satu-satunya sumber nutrisi bagi tubuh.

Scroll to Top