Hai, Investor!
Unilever Indonesia ($UNVR) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,24 triliun pada kuartal pertama 2025, mengalami penurunan 15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun melonjak 245% dibandingkan kuartal sebelumnya. Capaian ini melebihi perkiraan pasar, setara dengan 32% dari estimasi konsensus untuk tahun 2025. Upaya perbaikan internal mulai membuahkan hasil dalam efisiensi biaya, meskipun tren pendapatan masih menunjukkan kelemahan. Pemulihan margin terlihat signifikan di tengah penurunan pendapatan.
Poin Penting:
Margin Membaik Pesat
Margin laba kotor meningkat menjadi 48,2% (dibandingkan 49,9% pada kuartal pertama 2024 dan 44,5% pada kuartal keempat 2024) setelah tertekan di sekitar 45% pada dua kuartal sebelumnya. Margin laba operasional pulih lebih signifikan ke 17,1% (dibandingkan 18,7% dan 6,7% pada periode yang sama), dari level 7–9% pada dua kuartal sebelumnya. Peningkatan ini didukung oleh penurunan biaya gaji (-45% YoY, -69% QoQ) karena tidak ada lagi biaya one-off terkait pengurangan karyawan. Biaya iklan relatif stabil di 9,2% dari pendapatan.
Pendapatan Belum Optimal
Pendapatan tercatat Rp 9,47 triliun, turun 6% YoY dan naik 23% QoQ. Volume penjualan domestik turun -8% YoY, sementara harga jual rata-rata (ASP) naik +1,3% YoY. Secara sektoral, segmen home and personal care mengalami penurunan pendapatan lebih dalam (-9% YoY), sedangkan segmen foods and refreshment lebih stabil dengan penurunan hanya -1% YoY. Meski pendapatan lemah, margin laba kotor segmen home and personal care pulih menjadi 50,2%, menunjukkan efisiensi biaya paling terasa di segmen ini.
Kesimpulan Utama
Kinerja UNVR yang membaik ini sejalan dengan ekspektasi bahwa kinerja terburuk perusahaan telah berlalu. Tren pertumbuhan laba bersih UNVR secara tahunan sejak kuartal pertama 2024 adalah: +3%; -25%; -62%; -41%; -15%. Manajemen juga mempertahankan panduan bahwa dampak positif dari pembenahan akan lebih terasa pada paruh kedua 2025. Setelah fokus pada efisiensi biaya, UNVR perlu menunjukkan peningkatan pada sisi pendapatan untuk mendorong pemulihan harga saham yang lebih signifikan. Dalam sebulan terakhir, saham UNVR telah naik +19,6%, lebih tinggi dari IHSG (+7,3%).
Emiten Lainnya
- $HMSP: Volume penjualan Hanjaya Mandala Sampoerna mencapai 20,4 miliar batang, naik tipis 0,6% YoY. Market share turun menjadi 26,8%, terendah sejak 1Q14.
- $BBTN: Laba bersih tercatat Rp 904 miliar, naik 5,1% YoY. Net Interest Margin naik ke level 3,6%. Pembiayaan tumbuh +5,5% YoY.
- $BSDE: Marketing sales mencapai Rp 2,43 triliun, naik 9% YoY, setara 24,3% dari target 2025.
- $BTPN: Akan membagikan dividen tahun buku 2024 sebesar Rp 52,8 per saham, dividend yield 2,5%.
- $HEAL: Menargetkan pendapatan sebesar Rp 7,8 triliun dan EBITDA Rp 2,2 triliun selama 2025.
- $MIKA: Menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih double digit selama 2025.
- $TOWR: Menyetujui pembagian dividen tahun buku 2024 sebesar Rp 9,9 per saham, dividend yield 1,8%.
- $TPIA: Membeli seluruh saham PT Barito Investa Prima dari afiliasi Barito Pacific ($BRPT) senilai Rp 90 miliar.
Berita Pasar Lainnya
- Pemerintah AS mempertimbangkan untuk memangkas tarif impor dari China.
- Beberapa anggota OPEC+ akan mengusulkan percepatan kenaikan produksi minyak pada Juni 2025.
- Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan tetap di kisaran +5% YoY.
- Realisasi investasi di Indonesia pada 1Q25 mencapai Rp 465,2 triliun, naik 15,9% YoY.
- Importir batu bara Indonesia di China tidak menggunakan Harga Batubara Acuan (HBA) dalam transaksinya.
- RUPTL periode 2025–2034 tidak membahas target pensiun dini PLTU.
- Pengendali Sarana Mitra Luas ($SMIL), membeli ~21,2 juta saham SMIL dengan harga Rp 492 per lembar.
Menghadapi "Sell in May and Go Away"
"Jual semua saham saat pasar rawan justru bisa bikin kelewat cuan — yang penting strategi dan kesiapan, bukan panik."
Istilah "Sell in May and go away" sering digaungkan di bulan Mei, mengajak investor untuk keluar dari pasar modal. Namun, data menunjukkan bahwa IHSG justru lebih sering naik di bulan Mei dalam 20 tahun terakhir. Penting untuk mewaspadai risiko dan memiliki strategi yang tepat dalam menghadapi gejolak pasar.