Hamas Mengecam Rencana Relokasi Israel dari Kota Gaza: "Gelombang Genosida Baru"

Kelompok Hamas mengecam keras rencana Israel untuk memindahkan penduduk dari Kota Gaza, menyebutnya sebagai "gelombang baru genosida dan pengungsian" bagi ratusan ribu warga. Mereka menilai bahwa pengerahan tenda dan perlengkapan tempat penampungan yang diumumkan Israel ke Gaza selatan hanyalah sebuah "tipuan nyata."

Militer Israel sebelumnya menyatakan kesiapan mereka untuk menyediakan tenda dan peralatan lainnya mulai hari Minggu (17/8), sebagai persiapan untuk merelokasi warga dari zona pertempuran ke wilayah Gaza selatan "demi menjamin keselamatan mereka."

Hamas, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa penyebaran tenda dengan dalih tujuan kemanusiaan adalah kebohongan yang nyata, bertujuan untuk "menutupi kejahatan brutal yang akan dilakukan oleh pasukan pendudukan."

Awal bulan ini, Israel mengumumkan niatnya untuk melancarkan serangan baru dengan tujuan menguasai Kota Gaza utara, pusat kota terbesar di wilayah kantong tersebut. Rencana ini memicu kekhawatiran internasional terkait nasib Jalur Gaza yang telah hancur, rumah bagi sekitar 2,2 juta jiwa.

Sementara itu, di Tel Aviv, puluhan ribu warga Israel turun ke jalan pada hari Minggu (17/8) untuk menuntut diakhirinya perang di Gaza. Sambil membawa foto para sandera, mengibarkan bendera kuning, menabuh drum, mereka meneriakkan seruan untuk memulangkan warga Israel yang masih ditahan di Gaza.

"Kami di sini untuk menegaskan kepada pemerintah Israel bahwa ini mungkin adalah kesempatan terakhir yang kita miliki untuk menyelamatkan para sandera yang ditahan di terowongan Hamas selama hampir 700 hari," ujar seorang guru berusia 50 tahun.

Aksi demonstrasi telah berlangsung secara rutin selama hampir 22 bulan sejak serangan kelompok Hamas pada tahun 2023. Namun, aksi protes pada hari Minggu itu menjadi salah satu yang terbesar dalam periode tersebut.

Scroll to Top