KYIV – Sebuah serangan berani yang dilancarkan pasukan Ukraina menargetkan posisi pasukan Rusia di wilayah Kursk, Rusia, pada Sabtu malam. Serangan itu mengakibatkan seorang jenderal Rusia ternama mengalami luka parah hingga kehilangan lengan dan kakinya.
Intelijen Militer Kementerian Pertahanan Ukraina telah mengkonfirmasi terjadinya serangan tersebut. Menurut pernyataan yang dirilis, unit Ukraina berhasil menimbulkan kerusakan signifikan pada konvoi musuh di jalan raya Rylsk-Khomutovka, wilayah Kursk.
Korban luka parah dalam insiden itu adalah Letnan Jenderal Esedulla Abachev, Wakil Komandan Grup Pasukan Sever Angkatan Bersenjata Rusia.
Jenderal Abachev segera dievakuasi dengan pesawat militer ke Rumah Sakit Klinik Militer Pusat Vishnevsky di Moskow. Akibat luka-lukanya, ia harus kehilangan lengan dan kakinya.
Badan intelijen militer Kementerian Pertahanan Ukraina menegaskan bahwa setiap kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan Rusia terhadap warga Ukraina akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Sebelumnya, pada awal Juli, seorang tokoh yang disebut sebagai "Pahlawan Rusia" dan Wakil Panglima Angkatan Laut, Mikhail Gudkov, juga dilaporkan tewas di wilayah Kursk. Informasi tersebut dikonfirmasi oleh Kepala Wilayah Primorsky Rusia, Oleg Kozhemyako.
Di tengah konflik Rusia-Ukraina yang terus berlanjut, Presiden Amerika Serikat Donald Trump terus berupaya memediasi kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan damai.
Trump menyatakan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memiliki opsi untuk mengakhiri perang dengan Rusia secepatnya. Namun, merebut kembali Crimea atau bergabung dengan NATO dianggap tidak mungkin.
Trump menambahkan bahwa Rusia telah menyetujui konsesi terkait lima wilayah Ukraina yang menjadi pusat pertempuran, khususnya provinsi Donetsk timur.
Ukraina mendapatkan jaminan keamanan yang kuat dari Amerika dan negara-negara Eropa seperti penerapan Pasal 5 NATO.
Sementara itu, Zelensky menolak tekanan Trump agar Kyiv membuat kesepakatan damai dengan Moskow. Dia menekankan bahwa gencatan senjata harus dilakukan terlebih dahulu sebelum membahas detail kemungkinan penyelesaian akhir perang.
Zelensky mengklaim bahwa Moskow telah mengajukan "banyak tuntutan" terkait penyelesaian perang dan bahwa Kyiv perlu diberitahu tentang tuntutan tersebut. Dia juga menegaskan bahwa Ukraina tidak akan bernegosiasi "di bawah tekanan senjata."
Rusia telah berulang kali menolak tuntutan gencatan senjata Ukraina, dengan alasan bahwa jeda pertempuran akan dimanfaatkan oleh Kyiv untuk mempersenjatai kembali dan menyusun kembali pasukannya.
Zelensky juga mengesampingkan kemungkinan memberikan konsesi teritorial kepada Rusia sebagai bagian dari kesepakatan damai, dengan mengatakan bahwa "perdagangan tanah" dilarang oleh konstitusi negara Ukraina.