Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan bahwa Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, memiliki kemampuan untuk mengakhiri konflik dengan Rusia "jika ia memilih demikian." Trump juga menegaskan bahwa keanggotaan Ukraina di NATO tidak akan menjadi bagian dari kesepakatan perdamaian yang potensial.
Pernyataan ini muncul menjelang pertemuan antara Trump dan Zelensky di Gedung Putih. Trump juga menyatakan bahwa semenanjung Crimea, yang dianeksasi oleh Moskow pada tahun 2014, tidak akan dikembalikan.
Komentar Trump ini mengikuti pertemuannya dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Alaska, yang mendorongnya untuk membatalkan tuntutan gencatan senjata dan menyerukan perjanjian damai permanen.
Dalam unggahannya di platform Truth Social, Trump menulis, "Presiden Zelensky dari Ukraina dapat segera mengakhiri perang dengan Rusia, jika ia mau, atau ia dapat terus berjuang." Ia menambahkan, "Ingat bagaimana semuanya dimulai. Tidak ada pengembalian Crimea yang diberikan oleh Obama dan TIDAK ADA UKRAINA MASUK NATO. Beberapa hal tidak pernah berubah!!!"
Sebelum Trump kembali menjabat pada bulan Januari, negara-negara NATO telah menyetujui "jalur yang tidak dapat diubah" bagi Kyiv untuk menjadi anggota aliansi tersebut.
Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, bersama para pemimpin Eropa lainnya, termasuk Perdana Menteri Inggris, Sir Keir Starmer, dijadwalkan bergabung dengan Zelensky di Washington untuk membahas masa depan Ukraina.
Trump menambahkan, "Besok adalah hari besar di Gedung Putih. Tidak pernah ada begitu banyak pemimpin Eropa sekaligus. Kehormatan besar bagi saya untuk menjamu mereka!!!"
Zelensky mengungkapkan rasa terima kasihnya atas undangan Trump. "Kita semua memiliki keinginan kuat untuk mengakhiri perang ini dengan cepat dan andal." Ia juga menekankan pentingnya jaminan keamanan yang efektif dari sekutu, "tidak seperti bertahun-tahun yang lalu… ketika Ukraina diberi apa yang disebut ‘jaminan keamanan’ pada tahun 1994 tetapi tidak berhasil."
"Tentu saja, Krimea seharusnya tidak diserahkan saat itu," tambahnya. "Sama seperti Ukraina yang tidak menyerahkan Kyiv, Odesa, atau Kharkiv setelah tahun 2022".