Harga minyak dunia mengalami penurunan pada pekan ini, dengan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$ 62,62 per barel. Penurunan ini dipicu oleh sentimen pasar yang masih didominasi dinamika geopolitik, terutama perkembangan terkini terkait pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Analis memprediksi tren bearish pada WTI masih cukup kuat dan berpotensi menekan harga lebih dalam. Jika tekanan ini berlanjut, WTI berpotensi menguji level psikologis di sekitar US$ 60 per barel. Namun, jika harga gagal menembus level tersebut, peluang rebound menuju area US$ 64,50 terbuka lebar.
Pertemuan Trump dan Putin di Alaska menghasilkan sinyalemen pelunakan sikap AS terhadap Rusia. Alih-alih memperketat sanksi terkait ekspor energi Rusia, Trump justru membuka ruang negosiasi untuk mencapai kesepakatan damai di Ukraina. Hal ini meredakan kekhawatiran pasar akan potensi gangguan suplai dari Rusia, sebagai salah satu produsen minyak terbesar dunia.
Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan para pemimpin Eropa untuk membahas percepatan upaya perdamaian. Meskipun demikian, Moskow masih mempertahankan tuntutan teritorialnya, sementara sejumlah negara Eropa menolak kompromi yang ditawarkan. Situasi ini menyebabkan status quo konflik berlanjut, membuat investor cenderung menahan diri.
Pasar juga memantau kebijakan dagang AS terhadap Tiongkok, importir terbesar minyak Rusia. Trump menyatakan belum akan memberlakukan tarif pembalasan terhadap negara-negara yang masih membeli minyak dari Rusia, termasuk Tiongkok dan India, namun tidak menutup kemungkinan langkah tersebut akan diambil dalam beberapa minggu mendatang. Sikap ini memberikan sedikit ketenangan bagi pasar energi dalam jangka pendek.
Selain faktor geopolitik, fokus investor juga tertuju pada kebijakan moneter AS. Ketua Federal Reserve Jerome Powell diperkirakan akan memberikan pidato penting di simposium Jackson Hole. Pasar mencari petunjuk mengenai arah kebijakan suku bunga, terutama setelah inflasi AS menunjukkan tanda-tanda melandai. Potensi penurunan suku bunga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan energi global.