Legenda sepak bola Indonesia, Peri Sandria, merasakan duka mendalam atas wafatnya mantan manajer Timnas Indonesia, I Gusti Kompyang Manila atau IGK Manila. Tokoh penting dalam sejarah sepak bola nasional ini menghembuskan napas terakhirnya pada usia 83 tahun.
Kabar duka ini mengejutkan Peri Sandria. Ia menyampaikan doa terbaiknya bagi almarhum dan keluarga yang ditinggalkan. Bagi Peri, IGK Manila bukan sekadar manajer, melainkan sosok ayah dalam kehidupannya.
Kedekatan mereka terjalin sejak tahun 1991, saat keduanya bersama-sama berjuang untuk Timnas Indonesia yang kala itu bersiap menghadapi SEA Games. Peri, yang saat itu masih muda, menjadi andalan di lini depan Garuda. Sementara IGK Manila berperan sebagai manajer tim.
"Beliau adalah orang tua, ayah, teman, dan sahabat bagi saya," ungkap Peri. Ia mengenang IGK Manila sebagai sosok yang mungkin terlihat galak, namun memiliki hati yang baik. Peri merasa sangat kehilangan sosok yang selalu menanyakan kabarnya setiap kali bertemu.
Peri Sandria menilai bahwa Indonesia telah kehilangan tokoh nasional yang berjasa dalam memajukan olahraga, khususnya sepak bola. Kontribusi IGK Manila sangat besar, terutama dalam mengantarkan Timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games 1991.
Selain kesuksesan di SEA Games, IGK Manila juga berperan penting dalam membawa Persija Jakarta meraih juara Liga Indonesia 2001. Di luar sepak bola, ia juga dikenal sebagai Bapak Wushu Indonesia, berkat perannya dalam memperkenalkan wushu di SEA Games 1993.