Ribuan Warga Gaza Mengungsi Menjelang Serangan Darat Israel

Kota Gaza kini bak kota hantu. Ribuan warga Palestina meninggalkan rumah mereka di wilayah timur Kota Gaza, mencari perlindungan di wilayah barat dan selatan yang porak-poranda akibat perang. Gelombang pengungsian ini dipicu kekhawatiran mendalam akan serangan darat Israel yang semakin dekat, di tengah gempuran tanpa henti.

Rencana Israel untuk merebut Kota Gaza memicu kecemasan global dan domestik. Di Israel sendiri, ratusan ribu warga turun ke jalan, menyuarakan tuntutan untuk segera mengakhiri perang dan membebaskan 50 sandera yang masih ditawan di Gaza. Unjuk rasa ini menjadi salah satu aksi protes terbesar sejak konflik berkecamuk.

Perdana Menteri Israel menegaskan bahwa Kota Gaza adalah benteng pertahanan terakhir Hamas. Namun, militer Israel memperingatkan bahwa ekspansi serangan dapat membahayakan keselamatan sandera dan menjerumuskan pasukan Israel ke dalam perang gerilya yang panjang dan mematikan. Israel saat ini mengklaim telah menguasai 75% wilayah Gaza.

Di tengah situasi yang genting, warga Palestina juga menyerukan aksi protes menuntut penghentian perang. Mereka mendesak Hamas untuk mengintensifkan negosiasi guna mencegah serangan darat Israel yang tak terhindarkan.

Serbuan tank-tank lapis baja Israel ke Kota Gaza berpotensi menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi, banyak di antaranya telah berkali-kali berpindah tempat tinggal selama konflik.

Menurut seorang manajer penampungan Palestina, hampir seribu keluarga telah meninggalkan wilayah timur Kota Gaza dalam beberapa hari terakhir. Kebutuhan akan tenda untuk penampungan darurat diperkirakan mencapai 1,5 juta unit, sementara Israel hanya mengizinkan 120.000 tenda masuk selama gencatan senjata beberapa waktu lalu.

Kantor kemanusiaan PBB melaporkan bahwa lebih dari satu juta orang di Gaza sangat membutuhkan perlengkapan penampungan darurat.

"Masyarakat Kota Gaza seperti terpidana mati yang menunggu eksekusi," ujar seorang pengusaha di Kota Gaza, menggambarkan betapa putus asanya situasi. Ia berencana untuk segera memindahkan orang tua dan keluarganya ke wilayah selatan, menghindari risiko kehilangan mereka jika serangan mendadak terjadi.

Scroll to Top