Jakarta – Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menyerukan percepatan pengembangan kemampuan senjata nuklir negaranya. Seruan ini muncul di tengah latihan militer gabungan antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) yang dianggapnya sebagai pemicu potensi perang.
"Intensifikasi hubungan militer AS-Korsel dan unjuk kekuatan mereka adalah bukti nyata keinginan mereka untuk memicu konflik," tegas Kim. Situasi ini, menurutnya, memaksa Korea Utara untuk melakukan perubahan radikal dalam strategi militer dan mempercepat program nuklirisasi.
Pernyataan tersebut disampaikan saat Kim Jong Un meninjau kapal perusak angkatan laut, Choe Hyon, dan menerima laporan tentang sistem persenjataan kapal tersebut. Ia menyatakan kepuasannya atas kemajuan program modernisasi angkatan laut yang diproyeksikan untuk menjadi angkatan laut berteknologi tinggi dan berkemampuan nuklir. Target penilaian kemajuan program ini ditetapkan pada bulan Oktober.
Latihan gabungan tahunan antara AS dan Korsel, yang bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi ancaman dari Korea Utara, dimulai pada hari Senin. Latihan ini mencakup berbagai simulasi tembak langsung berskala besar. Pihak AS menegaskan bahwa latihan tersebut bersifat defensif.
Sebelumnya, Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, berjanji untuk "menghormati" sistem politik Korea Utara dan membangun "kepercayaan militer". Pernyataan ini disampaikannya sehari setelah Pyongyang menegaskan tidak berminat untuk memperbaiki hubungan dengan Seoul. Lee Jae Myung telah berkomitmen untuk membuka dialog dengan Korea Utara tanpa prasyarat, sebuah perubahan signifikan dari pendekatan pendahulunya yang cenderung keras.
Namun, adik perempuan Kim Jong Un, Kim Yo Jong, menyatakan bahwa Korea Utara "tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki hubungan" dengan Korea Selatan.