Jakarta, tvOnenews.com – Bergabungnya Megawati Hangestri dengan klub voli Turki Manisa BBSK memunculkan kembali perdebatan mengenai penggunaan hijab di negara tersebut. Meskipun Turki adalah negara dengan populasi muslim mayoritas, sejarah sekuler sempat menimbulkan kekhawatiran apakah Megawati dapat terus mengenakan hijabnya.
Beberapa pihak menyoroti peraturan berpakaian di Turki yang dulunya melarang penggunaan jilbab di tempat umum sejak era Mustafa Kemal Ataturk pada tahun 1924.
Namun, Megawati, yang dikenal sebagai Megatron, memberikan jawaban tegas yang meyakinkan bahwa hijab tidak akan menjadi penghalang baginya.
Sebelumnya, saat bermain untuk Red Sparks di Korea Selatan, Megawati juga menjadi pusat perhatian. Ia adalah satu-satunya pemain yang mengenakan hijab di liga voli Korea dan dikenal karena ketaatannya dalam menjalankan ajaran Islam, termasuk hanya mengonsumsi makanan halal.
Megawati sering ditanya oleh media Korea tentang hijabnya.
“Saya menjelaskan cara memakainya dengan peniti, sekitar lima peniti. Lalu mereka bertanya mengapa saya tidak merasa panas di lapangan?” kata Megawati.
“Saya menjawab bahwa memang terasa panas saat pertama kali memakai hijab pada tahun 2017,” tambahnya.
Selain hijab, Megawati juga memperhatikan asupan makanannya. “Untungnya, manajemen tim Jung Kwan Jang Red Sparks menyediakan makanan halal,” ungkapnya.
“Namun, saya juga tidak tahu pasti apakah peralatan masaknya dipisah. Tidak mungkin mereka memisahkan alat penggorengannya,” lanjut Megawati.
Ia mengaku selalu berdoa sebelum makan di luar negeri. “Saya selalu berdoa terlebih dahulu meminta maaf karena kita tidak tahu bagaimana mereka membuat makanan halal di luar negeri,” tuturnya.
Meskipun hanya satu musim di Korea Selatan, Megawati berhasil mengharumkan nama Indonesia. Ia bahkan pernah menjadi pencetak skor terbanyak saat Red Sparks mengalahkan GS Caltex dengan skor telak 3-0 pada Januari 2024.
Aturan Hijab Terbaru di Turki
Kekhawatiran publik tentang hijab Megawati sebenarnya sudah terjawab oleh regulasi terbaru di Turki. Meskipun pemerintah sempat melarang jilbab di universitas dan institusi publik pada tahun 1997, aturan tersebut dicabut pada tahun 2013 oleh Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan.
Sejak saat itu, penggunaan hijab di ruang publik, termasuk di dunia olahraga, kembali diizinkan. Bahkan pada tahun 2014, pemerintah Turki pernah menarik diri dari Federasi Wushu Eropa sebagai bentuk protes atas larangan atlet berhijab, Zeynep Akyuz.
“Hijab adalah bagian dari ekspresi dalam lingkup kebebasan beragama dan keyakinan,” demikian putusan Pengadilan HAM Eropa (ECHR).
Dalam bola voli, Federasi Bola Voli Turki (TVF) mengacu pada aturan Federasi Bola Voli Internasional (FIVB) yang memperbolehkan penggunaan hijab selama memenuhi standar keselamatan.
Hal serupa juga berlaku di sepak bola, setelah IFAB mencabut larangan hijab pada tahun 2012.
Dengan dasar tersebut, Megawati Hangestri dipastikan tetap bisa bermain mengenakan jilbab bersama Manisa BBSK di Liga Voli Turki.