Ratusan warga di wilayah barat laut Pakistan terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke dataran tinggi setelah banjir bandang melanda kawasan tersebut sejak Jumat (15 Agustus 2025). Bencana ini telah merenggut ratusan nyawa, dan hingga Senin (18 Agustus 2025), banyak warga yang masih trauma dan enggan kembali ke rumah mereka. Pihak berwenang memperingatkan bahwa curah hujan ekstrem diperkirakan akan terus berlanjut.
"Semua orang merasa ketakutan, terutama anak-anak. Mereka bahkan tidak bisa tidur," ungkap Sahil Khan, seorang mahasiswa berusia 24 tahun. Ia bersama 15 warga lainnya dari Distrik Buner memilih untuk berlindung di atap rumah demi menghindari banjir susulan akibat hujan deras yang kembali mengguyur pada Senin.
Menurut keterangan dari Otoritas Manajemen Bencana Provinsi (PDMA), setidaknya 356 orang tewas di wilayah barat laut Pakistan sejak Jumat. Lebih dari 200 korban jiwa berasal dari Distrik Buner, termasuk 28 perempuan dan 21 anak-anak.
Distrik Buner, yang terletak di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, menjadi wilayah yang paling parah terdampak banjir bandang ini. Rumah-rumah, bangunan, kendaraan, dan harta benda warga tersapu oleh derasnya air, terutama di kawasan perbukitan.
Warga Desa Bayshonai Kalay di Buner terpaksa mengungsi ke dataran yang lebih tinggi ketika sungai yang sebelumnya sudah meluap kembali membesar akibat hujan tambahan pada Senin. Sebagian besar warga kini tinggal bersama kerabat atau di kamp-kamp darurat yang didirikan oleh pemerintah daerah.
Upaya evakuasi dan penyelamatan terhambat oleh kondisi jalan yang sempit, yang menyulitkan alat berat untuk mencapai lokasi terdampak. Di pasar utama Buner, toko-toko dan rumah-rumah tertimbun lumpur hingga ketinggian 1,5 meter. Warga setempat berusaha membersihkan lumpur dengan peralatan seadanya, sementara mobil dan barang-barang rumah tangga tampak berserakan di antara puing-puing bangunan.
Pejabat pemerintah daerah, Abid Wazir, menyatakan bahwa operasi penyelamatan yang sempat terhenti akibat hujan deras pada Senin kini telah dilanjutkan. "Prioritas kami saat ini adalah membersihkan jalan, membangun jembatan, dan menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang terdampak," ujarnya.
Banjir juga melanda distrik lain di barat laut, termasuk Swabi, yang menyebabkan 11 orang tewas pada Senin. Di daerah pegunungan terpencil Daroli Bala, air bah menyebabkan rumah-rumah runtuh dan dilaporkan 40 orang tersapu banjir.
Ketua Otoritas Manajemen Bencana Nasional (NDMA), Letnan Jenderal Inam Haider Malik, memperingatkan bahwa masih ada dua periode hujan deras yang diperkirakan akan berlangsung antara 21 Agustus hingga 10 September. "Kondisi ini bisa semakin intensif," katanya, seraya menambahkan bahwa potensi hujan deras disertai fenomena cloudburst masih tinggi.
Syed Muhammad Tayyab Shah, kepala penilaian risiko di NDMA, menjelaskan bahwa perubahan iklim global telah menggeser pola monsun tahunan sejauh 100 kilometer ke arah barat dari jalur biasanya. Hal ini menyebabkan beberapa wilayah yang sebelumnya jarang dilanda hujan ekstrem kini terpapar langsung oleh fenomena cuaca yang lebih ganas.
Pemerintah Pakistan telah menyalurkan bantuan ke wilayah terdampak, termasuk makanan, obat-obatan, selimut, tenda, generator listrik, serta pompa air. NDMA menyebutkan bahwa Buner dilanda cloudburst, sebuah fenomena langka ketika lebih dari 100 milimeter hujan turun hanya dalam waktu satu jam di area kecil. Pada Jumat pagi, wilayah itu tercatat menerima lebih dari 150 milimeter hujan hanya dalam satu jam.
Menurut otoritas bencana, sistem cuaca saat ini masih aktif di wilayah Pakistan dan dapat menyebabkan hujan sangat deras dalam 24 jam ke depan. Secara nasional, banjir dan hujan deras sepanjang musim monsun sejak akhir Juni telah menewaskan sedikitnya 706 orang di seluruh Pakistan.