Ledakan supernova, peristiwa kosmik maha dahsyat, menyimpan segudang informasi tentang kehidupan dan kematian bintang. Namun, menangkap momen kritis segera setelah ledakan terjadi selalu menjadi tantangan besar. Kini, secercah harapan muncul berkat inovasi dalam metode deteksi.
Semakin cepat sebuah supernova terdeteksi, semakin banyak rahasia bintang yang bisa diungkap. Beberapa jam pertama setelah ledakan adalah periode emas untuk mengumpulkan data berharga.
Supernova sendiri berasal dari dua jenis bintang: white dwarf yang mencapai batas massa dan meledak, atau bintang raksasa yang kehabisan bahan bakar nuklir dan runtuh menjadi bintang neutron.
Dengan memanfaatkan Gran Telescopio de Canarias, teleskop optik terbesar di dunia, para astronom telah berhasil mengamati 10 supernova muda, beberapa di antaranya baru berusia kurang dari dua hari sejak ledakan. Separuhnya berasal dari bintang raksasa, dan separuhnya lagi dari white dwarf.
Protokol deteksi yang dikembangkan sangat ketat: objek harus benar-benar baru, tidak terlihat sebelumnya, dan terletak di dalam sebuah galaksi. Jika memenuhi syarat, instrumen OSIRIS diaktifkan untuk menganalisis spektrum cahaya supernova, mengungkap komposisi unsur dan jenis ledakannya.
Fase awal supernova juga menampilkan fenomena menarik seperti "shock breakout" (kilatan singkat saat gelombang kejut menembus permukaan bintang) dan "flash spectrum" (jejak gas yang terlepas sebelum kehancuran bintang). Data ini membantu ilmuwan memahami struktur bintang, lingkungannya, dan bahkan keberadaan bintang atau planet pendamping.
Masa depan penelitian supernova tampak cerah dengan hadirnya Observatorium Vera C. Rubin, yang diperkirakan beroperasi penuh pada akhir 2025. Teleskop ini akan menghasilkan jutaan sinyal dari berbagai fenomena langit setiap malam, termasuk supernova. Protokol deteksi dini yang inovatif akan memungkinkan identifikasi supernova muda secara rutin, bahkan yang berusia kurang dari 24 jam.
Dengan respons cepat dan survei langit yang mendalam, kita akan dapat mengumpulkan data spektrum hanya dalam sehari setelah ledakan, membuka jalan bagi studi sistematis tentang fase paling awal supernova.