Jakarta – Kabar baik datang dari Jalur Gaza. Kelompok Hamas Palestina telah menyatakan persetujuannya terhadap proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Mesir dan Qatar sebagai mediator.
Seorang tokoh senior Hamas, Bassem Naim, menyampaikan kabar ini melalui unggahan di media sosial. Ia berharap langkah ini dapat mengakhiri konflik yang berkepanjangan.
Mesir dan Qatar kini menunggu respons dari pihak Israel, menekankan bahwa keputusan berada di tangan pemerintah Zionis.
Apa yang Ditawarkan dalam Proposal Gencatan Senjata?
Proposal yang diajukan Mesir dan Qatar mengusulkan penghentian pertempuran selama 60 hari. Selama masa ini, kedua belah pihak diharapkan melakukan pertukaran tahanan. Warga Palestina yang ditahan di Israel akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan sebagian tawanan yang ditahan Hamas di Gaza.
Saat ini, masih ada 49 warga Israel yang ditawan di Gaza, termasuk 27 orang yang diyakini telah meninggal dunia. Sumber dari kelompok milisi Jihad Islam menambahkan bahwa tawanan yang tersisa akan dibebaskan pada tahap selanjutnya.
Seorang sumber dari Hamas menyatakan bahwa usulan ini merupakan awal dari solusi yang lebih komprehensif.
Meskipun belum memberikan tanggapan resmi, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengindikasikan bahwa kesediaan Hamas untuk gencatan senjata disebabkan oleh kekhawatiran terhadap rencana Israel untuk merebut Kota Gaza.
Namun, beberapa tokoh sayap kanan Israel, seperti Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, telah secara terbuka menolak proposal gencatan senjata ini.
Konflik di Jalur Gaza telah menyebabkan lebih dari 62 ribu warga Palestina meninggal dunia, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.
Israel baru-baru ini menyetujui rencana untuk merebut Kota Gaza, yang menuai kecaman dari berbagai pihak di dunia internasional.
Pengumuman rencana ini muncul bersamaan dengan dibukanya perbatasan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Meskipun demikian, jumlah bantuan yang masuk masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mendesak warga Gaza yang mengalami krisis kelaparan.
Komunitas internasional telah memperingatkan Israel untuk tidak melancarkan serangan baru ke Gaza, karena akan mengganggu distribusi bantuan. Jutaan warga Gaza telah menderita akibat konflik yang berlangsung sejak Oktober 2023.