Kasus video manipulatif yang menyasar Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, baru-baru ini menjadi pengingat tentang bahaya teknologi deepfake. Dalam video yang beredar, Sri Mulyani tampak seolah-olah melontarkan pernyataan kontroversial tentang guru, yang ternyata merupakan hasil rekayasa digital.
Kementerian Keuangan telah mengonfirmasi bahwa video tersebut adalah deepfake, hasil manipulasi kecerdasan buatan (AI). Isi video dipotong dan dipelintir dari pidato resmi dalam sebuah acara di ITB. Pernyataan tersebut tidak pernah diucapkan oleh Sri Mulyani, dan video palsu tersebut menyesatkan publik.
Deepfake merupakan ancaman serius karena kemampuannya meniru suara, wajah, bahkan gerakan tubuh tokoh publik dengan meyakinkan. Penyebaran konten semacam ini sangat cepat dan berdampak luas. Oleh karena itu, penting untuk memahami apa itu deepfake dan bagaimana cara mendeteksinya.
Memahami Apa Itu Deepfake
Deepfake adalah konten yang dihasilkan atau dimanipulasi oleh sistem kecerdasan buatan (AI) untuk meniru orang, objek, tempat, atau peristiwa nyata. Konten ini bisa berupa video, audio, atau gambar, dan seringkali membuat publik keliru menganggapnya sebagai konten asli.
Penting bagi pembuat dan penyebar deepfake untuk mengungkapkan bahwa konten tersebut bersifat artifisial, misalnya dengan memberikan label atau peringatan. Tujuannya adalah agar publik tidak tertipu dan integritas informasi di ruang digital tetap terjaga.
Cara Jitu Mengenali Konten Deepfake
Mendeteksi deepfake memang tidak mudah, namun ada beberapa cara yang bisa dilakukan:
Periksa Label atau Pengakuan: Cari tahu apakah konten tersebut diberi label atau peringatan sebagai konten artifisial. Waspadalah jika tidak ada penanda, terutama pada konten yang tampak resmi.
Manfaatkan Alat Pelacak Metadata: Gunakan teknologi seperti Content Credentials (C2PA) untuk memeriksa riwayat pembuatan dan pengeditan konten.
Lakukan Penelusuran Balik Visual: Gunakan alat pencari gambar seperti Google Lens, Google Images, Yandex, atau InVID untuk membandingkan potongan video/foto dengan versi asli.
Amati Tanda-Tanda Visual Mencurigakan: Perhatikan bayangan yang tidak konsisten, gerakan bibir yang tidak sinkron dengan suara, kedipan mata yang tidak alami, atau tepi wajah yang tampak kabur.
Deteksi Suara Palsu Secara Manual: Perhatikan intonasi suara yang datar, perubahan nada yang tidak wajar, suara putus-putus, atau suara napas/latar belakang yang terdengar statis.
Verifikasi Konteks dan Sumber Primer: Selalu cocokkan isi video dengan arsip resmi, media berita, siaran langsung, atau pernyataan institusi terpercaya.
Panduan ini dapat membantu Anda bersikap kritis terhadap konten yang viral dan berpotensi menyesatkan. Jika ragu, tunda menyebarkan konten tersebut hingga sumbernya dapat diverifikasi.
Kemampuan mengenali deepfake menjadi bagian penting dari literasi media di era digital ini. Kasus manipulasi video Sri Mulyani menunjukkan bahwa rekayasa visual dan suara dapat digunakan untuk menyesatkan publik secara masif. Dengan memahami definisi dan cara deteksinya, kita dapat lebih mudah menghindari upaya fitnah yang beredar di internet.