Korea Utara Kecam Korea Selatan Atas ‘Standar Ganda’ di Tengah Latihan Militer dengan AS

Pyongyang mengecam kepemimpinan Seoul karena dianggap memiliki "karakter ganda" dan "bermuka dua". Kecaman ini muncul di tengah berlangsungnya latihan militer gabungan antara Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS), yang dipandang kontradiktif dengan upaya pendekatan diplomatik yang diusung.

Kim Yo Jong, adik perempuan dari pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un, menyampaikan kritik pedas ini bersamaan dengan dimulainya latihan gabungan tahunan Korsel-AS. Menurutnya, latihan militer ini, yang dikamuflasekan sebagai isyarat rekonsiliasi, justru bertujuan untuk meninjau rencana operasi baru yang dirancang untuk melumpuhkan kemampuan nuklir dan rudal Korut.

Kim Yo Jong juga menuduh Seoul memiliki niat untuk memperluas "serangan ke wilayah republik." Ia dengan tegas menyebut tindakan ini sebagai bukti nyata dari standar ganda yang diterapkan oleh pemerintah Korsel, khususnya Presiden Lee Jae Myung.

Presiden Lee sebelumnya berjanji untuk menghormati sistem politik Korut dan membangun kepercayaan di bidang militer, serta mengupayakan dialog tanpa prasyarat. Namun, latihan militer gabungan yang tetap dilaksanakan dipandang sebagai inkonsistensi. Korsel berdalih bahwa latihan ini bersifat defensif dan tidak bertujuan untuk meningkatkan ketegangan.

Korut, yang memiliki sejarah konflik dengan Korsel, selalu menentang latihan militer gabungan antara Korsel dan AS. Pyongyang menganggap latihan semacam itu sebagai simulasi invasi.

Kim Jong Un sendiri sebelumnya telah menyerukan peningkatan pesat kemampuan senjata nuklir Korut, dengan alasan bahwa latihan militer AS-Korsel dapat memicu perang.

Setelah pertemuan yang gagal antara Kim Jong Un dan mantan Presiden AS Donald Trump pada tahun 2019, Korut berulang kali menegaskan bahwa mereka tidak akan pernah melepaskan senjata nuklirnya dan menganggap Korsel sebagai "musuh utama".

Kim Yo Jong menegaskan kembali posisi ini, menyatakan bahwa Seoul "tidak bisa menjadi mitra diplomatik" bagi Pyongyang, dan bahwa Presiden Lee "bukanlah tipe orang yang akan mengubah alur sejarah".

Scroll to Top