Satelit kembar berukuran kotak sepatu milik NASA, yang dikenal sebagai CubeSat, tengah menjalankan misi penting untuk mengungkap rahasia panas Bumi. Misi bernama PREFIRE (Polar Radiant Energy in the Far-InfraRed Experiment) ini bertujuan menangkap radiasi panas tak terlihat yang dipancarkan Bumi ke luar angkasa. Data yang dikumpulkan akan digunakan untuk menyempurnakan model iklim dan meningkatkan akurasi prakiraan cuaca.
Misi PREFIRE berfokus pada bagaimana elemen-elemen seperti es, awan, dan badai memengaruhi sistem iklim. Dengan memahami bagaimana uap air, awan, dan elemen lainnya menangkap panas dan mencegahnya terpancar ke luar angkasa, para ilmuwan dapat meningkatkan prediksi cuaca, termasuk tingkat keparahan dan frekuensi badai.
Diluncurkan pada musim semi 2024, PREFIRE awalnya berfokus pada pengukuran panas yang dipancarkan Bumi dari Kutub Utara dan Selatan. Energi matahari diserap di wilayah tropis dan dibawa ke kutub melalui angin, cuaca, dan arus laut. Kutub kemudian memancarkan sebagian besar panas ini sebagai radiasi inframerah jauh. Perbedaan antara panas yang diserap di tropis dan yang dipancarkan dari kutub memengaruhi suhu planet dan sistem iklim.
Misi ini menggunakan spektrometer canggih yang mampu mengukur panjang gelombang inframerah jauh dengan sensitivitas tinggi. Data ini membantu memahami proses pencairan dan pembentukan es, pencairan dan akumulasi salju, serta perubahan tutupan awan.
"Satelit PREFIRE menunjukkan bahwa pada panjang gelombang yang lebih panjang, jumlah radiasi yang masuk ke ruang angkasa bisa berbeda hingga 5% tergantung jenis esnya," ujar seorang ilmuwan proyek PREFIRE.
Meskipun awalnya berfokus pada wilayah kutub, misi ini akan diperluas untuk mencakup data dari seluruh planet. Tujuannya adalah mempelajari ukuran partikel es dalam awan yang memengaruhi pertukaran energi antara Bumi dan ruang angkasa. Data ini akan dimasukkan ke dalam model prakiraan cuaca untuk membuat prediksi yang lebih akurat dan memahami bagaimana uap air bergerak, memengaruhi pembentukan badai dan pergerakan hujan di seluruh dunia.
Satelit-satelit tersebut berada dalam orbit asinkron dekat kutub, memungkinkan mereka melewati wilayah kutub dengan jeda beberapa jam satu sama lain. Hal ini memungkinkan misi mendapatkan dua gambaran dari area yang sama dalam waktu berbeda, menangkap fenomena yang terjadi dalam waktu singkat, seperti efek sementara tutupan awan terhadap suhu di bawahnya. Dengan memperluas fokus pengamatan hingga setidaknya September 2026, misi PREFIRE diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman kita tentang iklim Bumi dan meningkatkan kemampuan kita untuk memprediksi cuaca.