Gubernur BI Soroti Lambatnya Penurunan Suku Bunga Kredit Perbankan

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyoroti lambatnya respons industri perbankan dalam menurunkan suku bunga kredit. Data Juli 2025 menunjukkan suku bunga kredit berada di angka 9,16%, hampir tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya.

Padahal, sejak awal tahun 2025, BI telah empat kali menurunkan suku bunga acuan, masing-masing sebesar 25 basis poin (bps) pada Januari, Mei, Juli, dan Agustus. Akibatnya, suku bunga acuan kini berada di level 5%.

Perry menekankan pentingnya penurunan suku bunga kredit untuk memacu pertumbuhan kredit dan mendukung perekonomian. Pertumbuhan kredit perbankan pada Juli 2025 melambat menjadi 7,03% (yoy), turun dari 7,77% (yoy) pada bulan sebelumnya.

BI melihat bahwa perbankan cenderung lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit, tercermin dari peningkatan standar penyaluran kredit. Bank lebih memilih menempatkan kelebihan likuiditas pada surat berharga. Likuiditas perbankan yang longgar didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat menjadi 7% (yoy) pada Juli 2025, sejalan dengan ekspansi keuangan pemerintah.

Pertumbuhan kredit didorong oleh sektor berorientasi ekspor seperti pertambangan, perkebunan, transportasi, industri, dan jasa sosial. Perlambatan kredit secara keseluruhan mencerminkan permintaan dari pelaku usaha yang belum kuat dan cenderung menggunakan pembiayaan internal.

Pertumbuhan kredit konsumsi dan modal kerja belum kuat, masing-masing tumbuh 8,11% (yoy) dan 3,08% (yoy). Sebaliknya, kredit investasi tumbuh tinggi sebesar 12,42% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan investasi. Pembiayaan syariah tumbuh 8,31% (yoy), sementara pertumbuhan kredit UMKM masih rendah sebesar 1,82% (yoy).

Ke depannya, BI berkomitmen untuk terus mendorong penyaluran kredit perbankan, termasuk melalui kebijakan makroprudensial yang longgar dan koordinasi dengan KSSK. BI memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun 2025 berada dalam kisaran 8-11%.

Scroll to Top