Kashmir, wilayah yang diperebutkan antara India dan Pakistan, kembali bergejolak menyusul serangan mematikan di Pahalgam yang menewaskan puluhan wisatawan. Serangan ini memicu ketegangan baru antara kedua negara, dengan India menuding Pakistan berada di balik aksi teror tersebut, namun dibantah keras oleh Islamabad.
Sebuah kelompok bernama The Resistance Front (TRF) mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. TRF adalah kelompok bersenjata yang relatif baru muncul di Kashmir sejak tahun 2019. Kehadiran kelompok ini menimbulkan pertanyaan: Siapakah TRF sebenarnya? Seberapa besar pengaruh mereka di Kashmir? Dan apa implikasinya bagi pemerintah India di wilayah tersebut?
Dalam pernyataan yang beredar, TRF mengklaim serangan itu sebagai bentuk penolakan terhadap pemberian izin tinggal bagi "orang luar". Kebijakan ini dianggap sebagai upaya India untuk mengubah demografi wilayah sengketa tersebut. TRF memperingatkan bahwa kekerasan akan diarahkan kepada siapa pun yang mencoba menetap secara ilegal.
TRF awalnya dikenal sebagai "front virtual" karena kemunculannya melalui media sosial setelah India mencabut status otonomi khusus Kashmir pada Agustus 2019. Kelompok ini terbentuk dengan menyebarkan pesan lewat media sosial.
Berbeda dengan kelompok pemberontak lain di Kashmir yang sering menggunakan nama-nama Islami, TRF berusaha menampilkan diri sebagai kelompok netral dan nasionalis Kashmir. Namun, pejabat India meyakini TRF adalah afiliasi atau kedok dari Lashkar-e-Taiba (LeT), kelompok bersenjata yang berbasis di Pakistan.
Sejak tahun 2020, TRF mulai mengklaim tanggung jawab atas serangan-serangan kecil, termasuk pembunuhan terarah terhadap individu. Anggotanya terdiri dari gabungan pejuang dari berbagai faksi pemberontak. Meskipun aparat keamanan India telah berhasil membongkar beberapa sel TRF, kelompok ini terus bertahan dan bahkan berkembang.
Pada tahun 2022, sebagian besar militan yang tewas dalam baku tembak di Kashmir terafiliasi dengan TRF. Mereka semakin sering menggunakan senjata api kecil dalam serangan terarah, termasuk terhadap mantan personel keamanan dan mereka yang dituduh sebagai informan.
TRF juga pernah merilis daftar wartawan Kashmir yang mereka cap sebagai "pengkhianat" karena dianggap bersekongkol dengan pemerintah India. Hal ini menyebabkan beberapa jurnalis mengundurkan diri karena takut.
Pada Juni 2024, TRF mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap bus peziarah Hindu di Reasi, Jammu, yang menewaskan sejumlah orang dan melukai puluhan lainnya.
Keberadaan TRF menunjukkan bahwa dinamika konflik di Kashmir semakin kompleks. Kelompok ini menjadi tantangan baru bagi pemerintah India dalam menjaga keamanan dan stabilitas di wilayah tersebut.