New Delhi – Industri pengecoran baja India, khususnya di Kolkata, tengah menghadapi tantangan serius akibat kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump. Aktivitas produksi melambat drastis, bahkan beberapa pabrik terpaksa berhenti beroperasi, meninggalkan para pekerja dalam ketidakpastian.
Vijay Shankar Beriwal, pemilik Calcutta Iron Udyog, secara terbuka menyampaikan keprihatinannya terhadap dampak tarif impor 50% yang dikenakan AS atas baja dan aluminium India. Kebijakan ini, yang didasarkan pada alasan keamanan nasional, telah memukul industri baja India yang sangat bergantung pada pasar Amerika Serikat.
Tarif baja dan aluminium yang tinggi merupakan bagian dari kebijakan proteksionisme perdagangan Trump yang berpotensi memicu kebangkrutan bagi pabrik-pabrik baja, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di India timur.
Pada tahun 2024, India mengekspor produk besi, baja, dan aluminium senilai $4,56 miliar ke Amerika Serikat, mencakup berbagai produk seperti bahan mentah, produk jadi, dan aluminium. Angka ini mewakili sebagian kecil dari total ekspor India ke AS, namun memiliki dampak signifikan terhadap sektor baja.
Pukulan Telak Bagi Pabrik Baja Skala Kecil
Meskipun kontribusinya kecil dalam skala makro, pabrik-pabrik baja skala kecil mempekerjakan lebih dari 200.000 pekerja di ribuan unit pengecoran baja. Sebagian besar usaha pengecoran baja dikelola oleh UMKM.
Berbeda dengan pabrik di wilayah lain yang fokus pada pasar domestik, pabrik pengecoran di India timur secara khusus memproduksi baja untuk ekspor, sehingga sangat rentan terhadap dampak tarif.
Ironisnya, Menteri Perdagangan India Piyush Goyal sempat meremehkan dampak tarif ini, menganggap volume ekspor baja dan aluminium ke AS relatif kecil.
Tekanan Baja China
Penurunan ekspor ke AS telah menyebabkan kelebihan pasokan baja di pasar domestik India, meningkatkan persaingan antar produsen. Konsumen kini meminta diskon dan fasilitas kredit yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Federasi Organisasi Ekspor India (FIEO) melaporkan bahwa ekspor baja India ke AS turun drastis, menekan harga baja lokal dan mengurangi keuntungan UMKM. Selain itu, persaingan dari negara lain seperti China, yang menawarkan harga lebih rendah, semakin memperburuk situasi.
India bahkan telah menjadi importir bersih produk baja sejak tahun fiskal 2023-24, dengan impor baja dari China mengalami peningkatan signifikan.
Harapan Intervensi Pemerintah
Alternatif pasar ekspor juga semakin terbatas, dengan Uni Eropa menerapkan bea masuk dan pajak karbon (CBAM). Beralih ke pasar lain membutuhkan waktu dan modal yang tidak dimiliki banyak pelaku usaha.
Pemerintah India telah mengambil beberapa langkah, termasuk menjajaki perjanjian dagang dengan AS, mempertimbangkan subsidi bunga, jaminan pinjaman, dan pemangkasan biaya sertifikasi untuk mendukung UMKM. Bea masuk pengamanan juga diterapkan untuk melindungi pasar domestik dari dumping baja China.
Pelaku industri berharap intervensi pemerintah dapat melindungi industri baja dari konflik dagang global.
Para pakar memperingatkan bahwa UMKM berisiko bangkrut dan melakukan PHK pada awal 2026 jika tidak ada tindakan segera.