Film animasi ‘Merah Putih: One For All’ terus tayang di bioskop meski menuai gelombang boikot. Film produksi Perfiki Kreasindo ini mendapat reaksi keras karena kualitas grafis yang dianggap ketinggalan, alur cerita yang kurang orisinal, padahal menelan biaya produksi yang cukup besar, mencapai Rp6,7 miliar. Banyak pihak menilai film ini menurunkan mutu animasi Indonesia yang tengah berkembang, sehingga aksi boikot semakin gencar dilakukan di media sosial.
Di tengah ramainya ajakan untuk tidak menonton film ini, Amel Carla justru memberikan ulasan melalui akun TikTok pribadinya. Ia memberikan nilai 3 dari 10 untuk film tersebut, dengan alasan yang cukup mendasar.
Sebagai penonton biasa, Amel mengaku kurang terkesan dengan kualitas visual dan animasi yang ditampilkan. Ia juga menyoroti alur cerita yang dianggap kurang masuk akal untuk dilakukan oleh anak-anak. Menurutnya, sebagian besar adegan berlatar di hutan, padahal seharusnya hanya sekadar melewati hutan untuk mencari bendera.
Amel juga mengkritik beberapa aspek teknis, seperti kurangnya detail bayangan yang membuat animasi terasa kurang hidup, serta beberapa adegan di mana mulut tokoh tidak bergerak saat berbicara. Ia juga menyoroti pengambilan gambar yang didominasi close-up, sehingga interaksi antar tokoh terasa kurang kuat. Selain itu, suara latar yang terlalu keras juga mengganggu dialog.
Meski banyak kritik yang disampaikan, Amel mengakui ada satu adegan yang berkesan, yaitu saat lagu Indonesia Raya berkumandang di akhir film. Momen ini membuat seluruh penonton di studio berdiri, bernyanyi bersama, dan bertepuk tangan.
Di akhir videonya, Amel mengajak warganet untuk menonton film tersebut di bioskop, dengan alasan sebagai cara untuk memperingati HUT ke-80 RI. Ajakan ini justru menuai reaksi negatif dan tudingan bahwa Amel adalah seorang buzzer. Banyak warganet yang menyayangkan ajakan tersebut, terutama karena banyak animator Indonesia yang justru meminta untuk tidak menonton film ini demi menghargai karya-karya animasi yang berkualitas.