Kabar duka datang dari Desa Cianaga, Sukabumi, Jawa Barat. Seorang balita malang bernama Raya, yang baru berusia empat tahun, ditemukan meninggal dunia dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Tubuhnya dipenuhi oleh cacing, sebuah fakta yang mengejutkan dan memicu kemarahan publik.
Kejadian ini menjadi viral setelah video medis yang memperlihatkan proses penanganan Raya beredar luas di media sosial. Video tersebut menunjukkan tim medis berusaha mengeluarkan cacing hidup dari berbagai bagian tubuh Raya, termasuk hidung, mulut, kemaluan, hingga anus. Jumlah cacing yang berhasil dievakuasi mencapai sekitar satu kilogram.
Hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa cacing telah lama menggerogoti tubuh Raya, bahkan telur cacing ditemukan di dalam otaknya. Diduga kuat, kondisi ini disebabkan oleh kebiasaan Raya bermain di lingkungan yang tidak bersih di bawah rumah panggung orang tuanya, yang bercampur dengan kandang ayam.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengecam keras kejadian ini dan menilai Pemerintah Kabupaten Sukabumi telah lalai dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakatnya. Ia menyoroti kegagalan Puskesmas dan bidan desa setempat dalam menjalankan tugasnya, terutama dalam memantau kondisi kesehatan balita melalui posyandu.
Dedi menekankan bahwa seharusnya kondisi Raya dapat terdeteksi sejak dini melalui penimbangan dan pencatatan rutin di posyandu. Ia mempertanyakan apakah Raya pernah ditimbang dan terdata di posyandu, serta menyoroti adanya indikasi pembiaran dan sikap abai terhadap masalah warga.
Selain menyoroti kelalaian tenaga medis, Dedi juga mengungkapkan bahwa keluarga Raya hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ibu Raya mengalami gangguan kejiwaan, sementara ayahnya menderita penyakit Tuberkulosis (TBC). Saat ini, keduanya telah mendapatkan penanganan medis dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Dedi juga menyayangkan lambatnya respon pemerintah dibandingkan dengan pihak swasta. Ia menilai Yayasan Rumah Teduh lebih cepat bertindak dalam memberikan bantuan kepada Raya.
Sebagai bentuk sanksi tegas, Dedi Mulyadi membekukan pencairan dana desa tahun 2025 untuk Desa Cianaga. Ia berpendapat bahwa pemerintah desa telah gagal menjalankan peran dasar dalam memberikan pelayanan kepada warganya. Langkah ini diambil sebagai peringatan keras agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.