Wakil Menteri Tenaga Kerja (Wamenaker) Immanuel Ebenezer, yang juga dikenal sebagai Noel, baru-baru ini ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan pemerasan terkait pengurusan sertifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Penangkapan ini memicu kembali peredaran pernyataan Noel di masa lalu yang secara tegas mendukung hukuman mati bagi pelaku korupsi.
Politisi dari PDI Perjuangan (PDIP), Guntur Romli, mengingatkan kembali pernyataan Noel tersebut. Guntur mempertanyakan kesiapan Noel menghadapi konsekuensi dari ucapannya dulu. Ia menekankan bahwa tindakan Noel adalah murni masalah pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan pemerintah. Guntur bahkan menganggap Noel telah mengkhianati komitmen Presiden Prabowo Subianto dalam memberantas korupsi.
Pernyataan kontroversial Noel tentang hukuman mati bagi koruptor pertama kali muncul pada akhir tahun 2020, saat isu perombakan kabinet Presiden Jokowi menjadi perbincangan hangat. Kala itu, Noel, yang menjabat sebagai ketua relawan Jokowi Mania (JoMan), mendesak Jokowi untuk memilih menteri yang berani menghadapi hukuman mati jika terbukti korupsi. Ia bahkan mengusulkan agar calon menteri menandatangani pakta integritas yang menyatakan kesiapan mereka untuk dihukum mati jika melakukan korupsi.
Kini, Noel menjadi pusat perhatian setelah terjerat kasus korupsi terkait pemerasan sertifikasi K3. Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan KPK pada Rabu malam lalu berhasil menjaring 10 orang. Noel diduga melakukan pemerasan terhadap sejumlah perusahaan yang mengurus sertifikasi K3.
Dalam OTT tersebut, KPK mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk 22 kendaraan mewah berbagai merek, seperti Nissan GTR, BMW, Hyundai Palisade, Mitsubishi Pajero Sport, Jeep, Vespa, hingga motor sport Ducati. Jumlah total uang hasil pemerasan yang dilakukan Noel masih dalam penyelidikan KPK.