Wabah campak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, telah mencapai titik mengkhawatirkan dengan merenggut nyawa 12 anak dan menginfeksi hampir 2.000 lainnya dalam delapan bulan terakhir. Kondisi ini memaksa otoritas kesehatan setempat menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).
Dinas Kesehatan setempat mencatat lonjakan drastis kasus campak pada balita dan anak-anak, mencapai 1.944 kasus sejak Januari hingga pertengahan Agustus. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 319 kasus. Tingginya angka kasus ini diduga kuat disebabkan oleh rendahnya cakupan imunisasi di wilayah tersebut.
Beberapa orang tua mengaku belum memberikan vaksinasi campak kepada anak-anak mereka karena merasa "takut" atau terhalang oleh kebijakan karantina selama pandemi Covid-19.
Secara nasional, hingga awal Agustus, tercatat 40 KLB campak di berbagai daerah di Indonesia sepanjang tahun ini, dengan ribuan kasus terkonfirmasi. Cakupan imunisasi yang tidak merata menjadi salah satu faktor utama pemicu lonjakan kasus campak ini.
Ketakutan Imunisasi dan Hoaks ‘Vaksin Haram’
Kesadaran masyarakat Sumenep akan pentingnya imunisasi masih rendah. Banyak warga yang ragu bahkan menolak vaksin karena termakan berita bohong (hoaks) tentang "vaksin haram". Ketakutan ini berdampak pada cakupan imunisasi yang tidak optimal, sehingga menghambat upaya pembentukan kekebalan kelompok (herd immunity).
Untuk mencapai herd immunity, cakupan imunisasi lengkap harus mencapai di atas 95%. Kurangnya kesadaran dan penolakan terhadap vaksinasi menyebabkan penularan campak terus berlanjut.
Pakar kesehatan setempat mengamini bahwa minimnya edukasi tentang pentingnya imunisasi menjadi penyebab utama pola pikir negatif sebagian masyarakat terhadap vaksin.
Upaya Pemerintah Mengatasi Wabah
Pemerintah daerah berupaya keras meningkatkan cakupan imunisasi dan memperkuat layanan kesehatan. Sosialisasi tentang pentingnya imunisasi terus digencarkan melalui berbagai saluran, termasuk posyandu dan lembaga pendidikan. Pemerintah juga menggandeng organisasi masyarakat dan tokoh agama untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
Untuk mengejar target cakupan imunisasi, dilakukan berbagai inovasi, termasuk "Imunisasi Kejar" bagi anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi. Selain itu, direncanakan imunisasi massal (Outbreak Response Immunization/ORI) yang menargetkan puluhan ribu anak, yang akan dilaksanakan serentak di seluruh wilayah dengan kasus campak tertinggi.
Kementerian Kesehatan juga tengah menyiapkan surat edaran kewaspadaan terhadap peningkatan kasus campak kepada dinas kesehatan di seluruh daerah. Surat edaran ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melakukan tindakan preventif dan responsif terhadap wabah campak.