Pelita Air Terbang Perdana Jakarta-Bali dengan Bahan Bakar Ramah Lingkungan dari Minyak Jelantah

Pelita Air mencetak sejarah dengan penerbangan perdana rute Jakarta-Bali yang menggunakan bahan bakar berkelanjutan (SAF) yang diolah dari minyak goreng bekas, atau dikenal sebagai jelantah (UCO).

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM menegaskan bahwa inisiatif ini, yang diusung oleh Pertamina, menghasilkan energi bersih, menekan emisi karbon, dan mendukung kelestarian lingkungan. Langkah ini selaras dengan program prioritas Presiden untuk ketahanan dan kemandirian energi.

SAF berbahan baku UCO ini terbukti mampu memangkas emisi karbon hingga 84% dibandingkan dengan avtur konvensional. Inovasi yang dikembangkan di Kilang RU IV Cilacap ini memberikan solusi nyata bagi industri penerbangan untuk mengurangi jejak karbon tanpa mengurangi keselamatan dan performa.

Bioavtur produksi RU IV Cilacap telah memenuhi standar kualitas nasional melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 70 Tahun 2025, serta standar internasional ASTM D1655 dan Defstan 91-091, yang menjamin keamanannya untuk digunakan pada pesawat terbang.

Guna menjamin pasokan bahan baku yang stabil, Pertamina melibatkan masyarakat melalui program pengumpulan minyak jelantah. Sebanyak 35 titik pengumpulan telah didirikan di lokasi strategis, memberikan kemudahan bagi warga untuk mengelola limbah rumah tangga sekaligus memperoleh insentif finansial.

Transisi energi bersih di Indonesia bukan hanya sekadar wacana, melainkan serangkaian tindakan nyata, mulai dari optimalisasi potensi bioenergi, integrasi teknologi kilang, hingga partisipasi masyarakat dalam penyediaan bahan baku. Fokus saat ini adalah pada pengembangan bioetanol dan penguatan kerja sama antar lembaga.

Pengembangan SAF ini telah melalui serangkaian uji coba sejak tahun 2021, melalui kolaborasi Pertamina dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menghasilkan bahan bakar dengan campuran bioavtur hingga 2,4% (J2,4) melalui mekanisme coprocessing.

Uji coba pertama dilakukan pada bulan Oktober 2021 menggunakan pesawat militer Dirgantara Indonesia, CN235-200 FTB, rute Bandung-Jakarta. Dua tahun kemudian, pada Oktober 2023, pengujian dilanjutkan pada pesawat komersial Boeing 737-800 milik Garuda rute Jakarta-Solo-Jakarta.

Direktur Utama KPI menyampaikan bahwa penerbangan ini menandai transisi energi yang semakin nyata di Indonesia. Pertamina SAF adalah langkah besar dalam dunia aviasi di Indonesia dan menjadi bukti kapabilitas KPI dalam memproduksi bahan bakar pesawat masa depan yang berkualitas dan ramah lingkungan.

Pertamina SAF diproduksi menggunakan teknologi co-processing dengan Katalis Merah Putih buatan anak bangsa dan telah memenuhi standar internasional ASTM D1655 dan DefStan 91-091. Produk ini juga akan diujicobakan untuk diproduksi di Kilang Dumai dan Kilang Balongan.

Kualitas Pertamina SAF tidak kalah dengan produk serupa di negara lain dan merupakan upaya nyata dalam percepatan pengurangan emisi karbon, dengan kandungan karbon 81% lebih rendah dibandingkan avtur berbahan fosil.

Pertamina SAF adalah bioavtur berkelanjutan pertama yang memiliki sertifikat internasional ISCC CORSIA berbahan baku campuran UCO yang diproduksi di Indonesia. Titik beku Pertamina SAF melampaui standar internasional, menjamin keamanan dalam penerbangan di kondisi ekstrem.

Scroll to Top