Pemerintah Arab Saudi menunjukkan keprihatinan mendalam atas deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang bencana kelaparan yang melanda Gaza. Ini menjadi kali pertama PBB menyatakan kelaparan di kawasan Timur Tengah.
Menurut para ahli PBB, sekitar setengah juta penduduk di wilayah Gaza yang hancur akibat konflik, kini berjuang menghadapi kelaparan akut.
Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataannya mengecam tindakan yang disebutnya sebagai "kejahatan genosida" oleh pasukan pendudukan Israel terhadap warga sipil yang tak berdaya di Gaza.
Seorang pejabat Bantuan PBB menyatakan bahwa krisis ini sebenarnya dapat dihindari. Distribusi bantuan makanan terhambat "karena adanya blokade sistematis oleh Israel."
Kerajaan Saudi mengkritik keras memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza, yang disebutnya sebagai akibat langsung dari "tidak adanya mekanisme pencegahan dan pertanggungjawaban atas kejahatan pendudukan Israel yang berulang."
Arab Saudi menilai situasi ini akan "menjadi noda" bagi komunitas internasional, terutama anggota tetap Dewan Keamanan PBB, kecuali ada upaya nyata untuk mengakhiri kelaparan dan menghentikan perang "genosida dan kejahatan" yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
Berbagai badan PBB telah lama memperingatkan tentang kondisi kemanusiaan yang terus memburuk di wilayah Palestina. Namun, Kementerian Luar Negeri Israel membantah dan menyatakan, "Tidak ada bencana kelaparan di Gaza."
Israel mengecam laporan panel Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang berbasis di Roma, Italia, dengan menyebut laporan itu "berdasarkan pada kebohongan Hamas yang ‘dicuci’ melalui organisasi-organisasi yang memiliki kepentingan pribadi."
Dalam laporan terbarunya, IPC menyatakan bahwa "per 15 Agustus 2025, bencana kelaparan telah terkonfirmasi di wilayah administrasi Gaza," khususnya di Kota Gaza yang meliputi sekitar 20 persen wilayah Jalur Gaza.