Serangan Dahsyat Rusia Hantam Ukraina, Perusahaan Elektronik AS Jadi Korban

KYIV – Gelombang serangan besar-besaran dilancarkan Rusia ke Ukraina, melibatkan ratusan drone, rudal balistik, dan rudal jelajah. Serangan ini tak hanya merenggut nyawa dan melukai puluhan orang, tetapi juga menghancurkan sebuah perusahaan elektronik milik Amerika Serikat (AS).

Menurut pejabat Kyiv, serangan yang terjadi pada Kamis dini hari tersebut sangat memprihatinkan karena lokasi perusahaan AS yang hancur hanya berjarak 48 kilometer dari perbatasan dua negara anggota NATO, Hongaria dan Slovakia.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengecam serangan terhadap perusahaan swasta AS tersebut, yang menurutnya sangat disengaja, bahkan di tengah upaya Presiden AS Donald Trump untuk menekan Moskow mengakhiri invasinya.

"Militer Rusia mencatatkan rekor yang mengerikan," tegas Zelensky, merujuk pada serangan yang menargetkan infrastruktur sipil, permukiman penduduk, dan warga sipil. Ia menambahkan, rudal jelajah menghantam perusahaan Amerika di Zakarpattia, sebuah bisnis sipil yang memproduksi barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti mesin kopi.

Perusahaan yang menjadi korban, Flex Ltd yang berkantor pusat di Austin, Texas, membenarkan bahwa fasilitas mereka hanya memproduksi barang konsumsi sipil dan tidak terlibat dalam produksi atau penyediaan peralatan militer.

Akibat serangan itu, perusahaan segera menerapkan protokol darurat dan mengevakuasi seluruh lokasi. Sayangnya, beberapa karyawan dan kontraktor mengalami luka-luka dan saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit. Pihak perusahaan berjanji memberikan dukungan penuh kepada para korban dan keluarga mereka.

Serangan semalam itu melibatkan ratusan pesawat nirawak dan puluhan rudal yang menghantam berbagai lokasi di Ukraina.

Sementara itu, Gedung Putih belum memberikan tanggapan resmi terkait serangan Rusia yang menargetkan perusahaan AS tersebut. Namun, sebelumnya Presiden Trump sempat menyatakan ketidakpastian mengenai kesediaan Presiden Putin untuk mencapai kesepakatan damai.

Para pemimpin NATO pun telah berulang kali mempertanyakan niat baik Putin dalam negosiasi dan keinginannya untuk mengakhiri agresi militernya.

Prancis, sebagai salah satu negara pendukung utama Ukraina, menegaskan kembali hal tersebut. Dalam pernyataannya, Prancis menilai bahwa serangan terbaru ke Ukraina menunjukkan bahwa klaim Rusia untuk siap bernegosiasi tidaklah tulus.

Prancis kembali menegaskan dukungannya terhadap inisiatif Presiden Trump demi perdamaian yang adil dan berkelanjutan, serta akan terus bekerja sama dengan Ukraina dan mitra-mitranya.

Scroll to Top